Menjaga Tawa di Tanah Simalungun

Main, tumbuh, dan berkembang
Sumber :
  • https://unsplash.com/id/foto/2-anak-laki-laki-dan-perempuan-bermain-sepak-bola-di-siang-hari-lubfvGOg3YM?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Dalam marsitengka, anak-anak harus melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak tanah yang digambar sederhana. Dari luar terlihat sepele, tetapi di dalamnya ada pelajaran keseimbangan, kesabaran, dan fokus.

Tembikar Nusantara, Warisan Nenek Moyang yang Tak Lekang oleh Waktu

 Begitu juga dengan pattik lele, permainan dengan kayu kecil yang dipukul hingga melayang jauh. Di sini, anak-anak belajar tentang strategi, kerja keras, dan keberanian mengambil risiko. Damanik menyebutkan, setiap permainan tradisional Simalungun mengandung nilai budaya yang mencakup religiusitas, disiplin, kemandirian, serta kepedulian terhadap sesama.

 Namun, kehangatan itu pelan-pelan tergerus. Suara tawa anak yang dulu mudah ditemui kini sering digantikan oleh kesunyian layar ponsel. Peneliti menekankan bahwa modernisasi dan perubahan ruang bermain akibat urbanisasi menjadi tantangan besar dalam upaya pelestarian permainan tradisional Simalungun. Jika tidak segera ada upaya konkret, permainan yang sarat makna itu hanya akan tersisa dalam cerita orang tua kepada cucu.

Harapan di Tengah Perubahan

Tradisi Tahlilan Jawa, Selamatan Keagamaan Malam Pertama Kematian, ke-7, ke-40, ke-100 Hingga ke-1000

 Meski begitu, harapan selalu ada. Beberapa sekolah mulai mengenalkan kembali permainan tradisional dalam kegiatan olahraga, sementara komunitas budaya mengadakan festival lomba marlubuk atau marjalengkat. Upaya kecil ini menjadi pengingat bahwa identitas budaya tidak boleh hilang.

 Permainan tradisional bukan hanya tentang masa lalu. Ia adalah bekal bagi generasi masa depan. Mengajarkan ketekunan, kebersamaan, dan rasa bangga pada akar budaya sendiri.

Pesona Kampung Adat Praijing, Menyelami Rumah Traditional Nusa Tenggara Timur

 Sore di tanah Simalungun kembali riuh dengan tawa. Anak-anak berlarian, tanah menempel di kaki, dan wajah mereka bersinar tanpa beban. Permainan tradisional itu mungkin terlihat sederhana, tapi sesungguhnya ia adalah warisan berharga. Sebuah pesan dari leluhur bahwa dalam setiap lompatan, setiap giliran, dan setiap tawa, tersimpan nilai-nilai kehidupan yang patut dijaga.