Rumput Laut Lembongan, Tradisi yang Terus Mengakar di Tengah Tantangan Zaman

Penjemuran alami budidaya rumput laut pesisir lembongan
Sumber :
  • Firli Nurlatifah/ VIVA Bali

Dalam laporan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2022, terdapat tiga skenario masa depan budidaya rumput laut di Lembongan:

Popularitas Kesenian Arja Tidak Pernah Luntur di Tengah Perubahan Zaman

1. Stagnasi, jika tidak ada intervensi signifikan, sektor ini diperkirakan akan menghilang dalam 15 tahun.

2. Adaptasi terbatas, di mana sekitar 40% petani bertahan dengan pola usaha campuran.

Simbol Penyucian Diri dan Rasa Syukur Melalui Tradisi Siat Yeh

3. Transformasi sistemik, yakni integrasi antara budidaya rumput laut dan ekowisata, yang berpotensi meningkatkan nilai ekonomi hingga 300%.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI turut mendorong pendekatan ekonomi biru (blue economy) untuk pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Pendekatan ini menekankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian ekosistem laut, serta pemberdayaan masyarakat lokal.

Dari Desa Celuk untuk Dunia, Keindahan Perak Bali yang Mendunia

Bagi masyarakat pesisir, rumput laut lebih dari sekadar komoditas ekonomi. Ia adalah bagian dari warisan budaya, simbol ketekunan, dan representasi hubungan manusia dengan laut yang dijaga secara turun-temurun. Dengan dukungan kebijakan dan kesadaran kolektif, budidaya rumput laut masih memiliki peluang besar untuk menjadi bagian dari masa depan Nusa Lembongan yang berdaya dan lestari.