Dari Sawah Organik, Petani Kedisan Mandiri Angkat Pendapatan Desa Hingga Rp600 Juta Per Bulan
- Maha Liarosh/VIVA Bali
Menurutnya, upaya untuk mempertahankan sawah organik tidak mudah di tengah ketersediaan bahan kimia yang lebih instan. Selain itu, kelompok petani sawah organik secara tidak langsung mendukung pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Selain itu, serangan hama tikus juga menjadi masalah terbesar para petani dengan sistem pertanian organik.
"Tadi dipaparkan, petani akan memelihara burung hantu untuk mengendalikan hama tikus. Ke depan mungkin akan kita siapkan rumah burung hantunya. Kita berharap suatu saat produktivitasnya semakin tinggi dan sebagian dapat sampai ke Nusa Dua," ujarnya.
Dalam pelaksanaan program Green Journey kali ini, ITDC The Nusa Dua juga menyalurkan dua ekor sapi dan mesin gabah untuk mendukung pertanian organik di Desa Kedisan itu.
Ketua Kelompok Petani Kedisan Mandiri I Putu Yoga Wibawa mengatakan, produksi beras organik yang dihasilkan untuk sementara dijual antar mitra. Termasuk, untuk memasok kebutuhan vila dan akomodasi pariwisata di sekitar lingkungan Desa Kedisan. Beras organik dijual seharga Rp 30 ribu per kilogram.