Tidur 8 Jam Bukan Jaminan Segar, Ini Penjelasannya!

Ilustrasi seorang perempuan yang mengalami gangguan tidur.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-tato-bantal-konseptual-8416438/

Gaya Hidup, VIVA Bali –Bangun pagi dengan mata masih berat dan badan lesu meski sudah tidur cukup panjang bisa terasa membingungkan, apakah tubuh kita sedang salah memproses istirahat? Ternyata, fenomena ini cukup umum dan bukan hanya masalah durasi tidur semata.

 

Pertama, durasi tidur yang ideal, yaitu sekitar 7–8 jam, tidak selalu menjamin tubuh benar-benar segar. Menurut sebuah ulasan di Health.com, banyak faktor subtitusi yang bisa merusak kualitas tidur, seperti gangguan tidur tersembunyi, seperti sleep apnea, stres berat, kecemasan, atau bahkan ketidakseimbangan hormon. Tubuh bisa saja tidak masuk ke fase tidur nyenyak yang memang penting untuk pemulihan. Maka dari itu meski lamanya tidur cukup, tubuh belum optimal istirahatnya.

 

Sebuah riset dari PubMed Central menunjukkan bahwa pada peserta studi (mahasiswa), banyak yang tetap merasa ngantuk meski lamanya tidur sudah ideal. Penyebab utamanya adalah kebiasaan tidur yang tidak teratur, penggunaan gadget menjelang tidur, dan ritme sirkadian tubuh yang kacau karena berganti-jam antara malam dan siang. Ini menunjukkan bahwa kualitas tidur, yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan lingkungan, lebih penting daripada durasi semata.

 

Jika ditarik pola keseluruhannya, maka istirahat yang berkualitas memerlukan lebih dari sekadar tidur tepat waktu. Keseluruhan proses, dari persiapan tidur, kondisi kamar, hingga pola bangun, semuanya berperan penting untuk memaksimalkan proses istirahatnya tubuh.