Menelusuri Jejak Kolonial, Wisata Peninggalan Belanda di Tanah Borneo

Kolam Belanda Kalimantan Selatan
Sumber :
  • https://si-praswita.banjarkab.go.id/detail-destinasi2.php?id=182

Wisata, VIVA Bali –Kalimantan, pulau yang luas dan kaya, menyimpan warisan tak hanya dari kerajaan lokal seperti Kutai dan Banjar, tetapi juga dari masa kolonial Belanda. Meskipun sejarah pendudukan Belanda di sebagian besar wilayah Borneo tidak seintensif di Jawa atau Sumatera, jejak peninggalan arsitektur dan infrastruktur mereka masih berdiri kokoh, kini menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik. Eksplorasi warisan ini menawarkan pemahaman yang mendalam tentang motivasi ekonomi, strategi militer, dan kehidupan sosial di era kolonial.

Museum Timah Indonesia, Saksi Sejarah Kemerdekaan dan Perjalanan Pertimahan di Bangka Belitung

Kalimantan Selatan, Peninggalan Pertambangan dan Militer

1. Benteng dan Tambang Oranje Nassau (Pengaron, Kabupaten Banjar)

Rammang-Rammang Maros Wisata Alam Kelas Dunia yang Menginspirasi Band Fourtwnty

Benteng Oranje Nassau di Pengaron merupakan salah satu peninggalan terpenting yang secara gamblang menunjukkan ambisi ekonomi Belanda di Borneo. Didirikan sekitar tahun 1848, fungsi utama benteng ini bukanlah untuk pertempuran besar, melainkan sebagai pos penjagaan yang sangat vital untuk mengamankan Tambang Batu Bara Oranje Nassau. Tambang ini dikenal sebagai tambang batu bara pertama di seluruh Hindia Belanda. Kekayaan batu bara dari sini sangat strategis, digunakan untuk menggerakkan kapal-kapal uap megah milik Belanda. Saat ini, wisatawan dapat menyaksikan sisa-sisa reruntuhan benteng batu yang kokoh, serta lorong-lorong bawah tanah yang dulunya menjadi jalur eksplorasi batu bara, meskipun sebagian besar kini telah tertutup. Situs ini menawarkan gambaran langsung tentang awal mula sejarah pertambangan modern di Indonesia.

2. Kolam Belanda (Tahura Sultan Adam, Mandiangin)

Menelusuri Jejak Sejarah di Kalimantan Timur, Wisata Peninggalan Kerajaan Kutai

Dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, tersembunyi sebuah kolam renang yang dikenal sebagai Kolam Belanda atau Kolam Putri. Kolam ini adalah sisa dari fasilitas rekreasi eksklusif yang dibangun oleh pemerintah kolonial pada tahun 1939. Konon, pada masa itu, hanya orang-orang Eropa dan pejabat tinggi Belanda saja yang diizinkan menggunakannya. Keunikan kolam ini terletak pada sumber airnya yang alami dan jernih, berasal langsung dari mata air perbukitan Mandiangin. Kolam ini tidak hanya menawarkan kesejukan di tengah hutan, tetapi juga menyajikan kontras antara keindahan alam Kalimantan dengan stratifikasi sosial yang diterapkan Belanda, di mana fasilitas terbaik hanya dinikmati oleh kulit putih.

3. Meriam Fort Tatas dan Bangunan Tua Banjarmasin

Di ibu kota provinsi, Banjarmasin, jejak kolonial Belanda lebih terlihat pada bangunan komersial dan militer yang terintegrasi dengan alur sungai. Salah satu bukti militer yang masih tersisa adalah Meriam Fort Tatas, yang dulunya merupakan bagian dari benteng pertahanan Belanda yang penting di wilayah tersebut. Selain itu, sepanjang tepian Sungai Martapura masih berdiri beberapa bangunan tua. Salah satu yang paling menonjol adalah Gedung NV Handel Maatschappij Oentjeng, yang berarsitektur khas kolonial. Gedung ini dulunya adalah kantor perusahaan ekspor impor hasil bumi seperti karet, rotan, dan damar, yang merupakan komoditas utama Kalimantan yang diburu Belanda, mencerminkan peran Banjarmasin sebagai pusat perdagangan regional.

Kalimantan Timur,  Warisan Arsitektur Minyak dan Perdagangan

4. Rumah Dahor (Balikpapan)

Kota Balikpapan, yang dikenal sebagai "Kota Minyak," menyimpan jejak kolonial yang sangat terkait dengan industri minyak. Rumah Dahor adalah kompleks rumah panggung kayu yang dibangun oleh kolonial Belanda sekitar tahun 1900-an. Rumah-rumah ini awalnya difungsikan sebagai perumahan atau kantor bagi pegawai perusahaan minyak. Arsitekturnya berbentuk panggung untuk beradaptasi dengan kondisi geografis pesisir Balikpapan kala itu. Saat ini, salah satu Rumah Dahor telah dijadikan museum dan cagar budaya. Mengunjungi rumah ini memberikan wawasan tentang gaya hidup dan operasional perusahaan minyak Belanda, sekaligus menjadi saksi bisu Balikpapan sebagai basis utama Sekutu pada masa Perang Dunia II.

5. Eks Bangunan Kolonial Teluk Bayur (Berau)

Kecamatan Teluk Bayur di Kabupaten Berau sempat menjadi pusat perdagangan yang jauh lebih maju dari Tanjung Redeb (ibu kota Berau saat itu) berkat kehadiran perusahaan-perusahaan Belanda. Sisa-sisa bangunan bekas kantor dan perumahan kolonial masih dapat ditemukan di kawasan ini. Daerah ini menawarkan potensi wisata sejarah yang bercerita tentang eksploitasi hasil hutan dan komoditas lainnya oleh kolonial Belanda. Upaya revitalisasi situs-situs ini sedang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menjadikannya museum dan pusat edukasi, memastikan bahwa kisah tentang kejayaan masa lalu di Teluk Bayur tetap terawat.

Kalimantan Barat,  Kolonialisme di Garis Khatulistiwa

6. Kota Tua Kolonial Pontianak

Di Pontianak, warisan Belanda berpadu dengan ikon kota yang paling terkenal. Salah satu peninggalan yang paling unik adalah Tugu Khatulistiwa, yang dibangun pada tahun 1928 oleh tim ahli geografi Belanda untuk menandai posisi garis lintang nol derajat. Selain itu, arsitektur kolonial dapat ditemukan di berbagai bangunan publik yang masih berdiri dan berfungsi, seperti Kantor Pos lama dan Gereja Katedral Santo Yosef. Gereja yang megah ini didirikan pada tahun 1909 dan menjadi contoh arsitektur Eropa di tepian Sungai Kapuas. Kawasan ini, yang dulunya dikenal sebagai "Tanah Seribu" pada masa VOC, adalah pusat administrasi dan perdagangan Belanda, menawarkan rute wisata kota tua yang menarik untuk dilalui dengan berjalan kaki.