Destinasi Wisata dengan Ritual Pemakaman Unik di Desa Trunyan Bali

Tradisi pemakaman unik yang hanya ada di Desa Trunyan
Sumber :
  • https://atourin.com/destination/bangli/desa-trunyan

Wisata, VIVA Bali – Desa Trunyan menyuguhkan panorama alam yang luar biasa, berpadu dengan keunikan adat dan tradisi khas Pulau Bali, menjadikannya destinasi yang istimewa. Desa ini terkenal karena memiliki ritual pemakaman yang sangat berbeda dibandingkan daerah lain di Bali. Warga Trunyan memiliki kebiasaan unik, di mana jenazah tidak dikuburkan atau dibakar (ngaben), melainkan hanya diletakkan di tempat pemakaman secara terbuka.

Jelajahi Panorama Eksotis Danau Batur di Bali

Sebelum diletakkan di tempat pemakaman, jenazah akan dibersihkan menggunakan air hujan dan dibalut kain, namun bagian kepala dibiarkan terbuka. Setelah itu, jenazah diletakkan di dalam ancak saji atau kurungan bambu untuk melindungi dari hewan liar. Jika seluruh tempat sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan dipindahkan untuk memberi ruang bagi yang baru. Tulang-tulang dari jenazah yang sudah hancur karena panas matahari kemudian dikumpulkan dan disusun rapi di altar di bawah pohon suci.

Di area ini, pengunjung dapat melihat deretan jenazah, tulang-tulang yang tersusun, serta berbagai benda pribadi dan uang yang diletakkan bersama jenazah. Yang mengejutkan, meskipun jenazah tidak dikubur, tidak ada bau menyengat yang tercium. Hal ini diyakini karena adanya pohon besar bernama Taru Menyan, yang memancarkan aroma khas menyerupai wangi dupa, mampu menetralisir bau tak sedap di sekitarnya.

Gastrodiplomasi di Indonesia yang Berhasil Menarik Perhatian Wisatawan

Ada aturan khusus yang berlaku di Desa Trunyan. Salah satunya, perempuan tidak diperkenankan mengunjungi area pemakaman. Masyarakat percaya bahwa jika perempuan memasuki wilayah tersebut, bisa terjadi bencana seperti gempa bumi atau letusan gunung. Proses pemakaman pun hanya boleh dilakukan oleh laki-laki, mulai dari persiapan hingga pengantaran jenazah ke lokasi pemakaman. Setelahnya, mereka wajib melakukan ritual penyucian diri sebelum diperbolehkan masuk ke Pura Pancering.

Mengunjungi Desa Trunyan bukanlah perjalanan wisata biasa, melainkan sebuah pengalaman budaya yang penuh makna. Desa ini menyimpan warisan adat yang telah dijaga selama ratusan tahun, sehingga setiap langkah wisatawan di sana harus memperhatikan etika, sopan santun, serta menghormati nilai-nilai lokal yang masih sangat kental. Karena itulah, wisata ke Trunyan tidak bisa dilakukan sembarangan. Wisatawan dianjurkan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang memahami tata cara berkunjung, mulai dari larangan berbicara sembarangan, berpakaian sopan, hingga aturan-aturan adat yang harus ditaati selama berada di area pemakaman maupun desa.

Cari Tempat Wisata Edukasi di Bali? Ini 3 Tempat yang Wajib Dikunjungi Bareng Si Kecil, Dijamin Tambah Wawasan