300 Siswa Keracunan, BGN Langsung Stop MBG Bandung Barat

Kepala BGN Jenguk Korban Keracunan Massal
Sumber :
  • Badan Gizi Nasional

Bandung Barat, VIVA Bali –Sebanyak 300 siswa di Bandung Barat mengalami keracunan massal. Badan Gizi Nasional (BGN) bergerak cepat dengan menghentikan sementara operasional Makan Bergizi Gratis (MBG) guna proses evaluasi. 

Pemkot Mataram Siapkan 4 Lahan untuk Dapur MBG, Dukung Percepatan MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru saja digulirkan pemerintah mendapat sorotan tajam setelah 301 siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, diduga mengalami keracunan massal pada Senin, 22 September 2025.

Menyusul insiden ini, Badan Gizi Nasional (BGN) langsung mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara pelaksanaan MBG di wilayah tersebut.

Siswi SMK di Lombok Timur Dilarikan ke IGD Usai Santap Makanan MBG

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa keputusan ini diambil demi evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

“Saya sudah meninjau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)-nya. Kondisinya sebenarnya bagus, hanya mungkin ada keteledoran. Itu yang harus jadi perbaikan menyeluruh. Saya sudah minta untuk setop sementara,” ujar Dadan. Selasa, 23 September 2025.

Polri Akan Bangun Seratus Lebih SPPG untuk Mendukung Program Makan Bergizi Gratis

Dadan menjelaskan bahwa SPPG di Cipongkor tergolong baru. 

Seharusnya, program berjalan secara bertahap, dimulai dari dua hingga tiga sekolah terlebih dahulu sebelum meluas ke banyak sekolah. 

Namun, dapur MBG tersebut langsung menangani ribuan porsi sekaligus, yang kemudian menimbulkan kendala teknis.

“Seharusnya dimulai dari dua hingga tiga sekolah dulu sampai terbiasa. Tapi SPPG kali ini langsung dalam jumlah besar, itu yang menyebabkan kesalahan teknis,” jelas Dadan. .

Insiden ini berhubungan dengan distribusi 4.700 porsi makanan MBG yang dilaporkan memicu gangguan kesehatan pada ratusan siswa.

Kepala BGN memberikan apresiasi terhadap kesiapan tenaga medis, relawan, aparat, hingga pemerintah daerah (pemda) yang bergerak cepat menolong para korban. 

Namun, Dadan juga menyoroti adanya kebutuhan yang masih kurang, mulai dari obat-obatan hingga fasilitas dasar di lapangan.

BGN menegaskan bahwa standar operasional dapur MBG harus memenuhi sejumlah aspek penting, mulai dari higienitas, kelengkapan peralatan, hingga kesiapan personel.

“Kadang mereka harus bangun malam dan menyiapkan dalam waktu singkat. Sekarang kami instruksikan agar makanan diproses tidak lebih dari 4–5 jam. Selain itu, bahan baku juga harus berasal dari supplier berkualitas,” tegas Dadan.

Penghentian sementara MBG di Bandung Barat menjadi momentum evaluasi nasional bagi BGN. 

Program yang bertujuan menekan angka stunting dan meningkatkan gizi anak sekolah ini dinilai tetap penting, tetapi harus dijalankan dengan pengawasan ketat agar tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Kasus Cipongkor menjadi pelajaran berharga bahwa program besar seperti MBG tidak bisa dijalankan tergesa-gesa. 

Perlu kesiapan teknis, tenaga yang terlatih, dan manajemen distribusi yang matang agar tujuan mulia meningkatkan gizi anak bangsa tidak berubah menjadi malapetaka.