Banjir Bali Peringatan Serius dari Krisis DAS Ayung, Pemerintah Perkuat Pengawasan Konversi Lahan
- Dok.Kementerian LH/VIVA Bali
Denpasar, VIVA Bali – Banjir besar yang melanda Bali pada 10 September 2025 lalu menjadi peringatan keras tentang rapuhnya daya dukung lingkungan di Pulau Dewata.
Pemerintah Provinsi Bali bersama BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menegaskan komitmen memperkuat langkah pencegahan serta pengawasan ketat terhadap konversi lahan yang semakin mengancam fungsi daerah aliran sungai (DAS).
Curah hujan ekstrem pada 9 September 2025 mencapai 245,75 milimeter dalam sehari, yang setara dengan 121 juta meter kubik air di DAS Ayung.
Bencana ini menelan 17 korban jiwa dengan lima orang lainnya masih hilang. Selain menghantam pemukiman dan infrastruktur, banjir diperparah oleh timbunan sampah yang menutup aliran sungai.
“Dalam satu hari, 9 September lalu, turun 121 juta meter kubik air di DAS Ayung. Ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman perubahan iklim bagi Bali,” kata Gubernur Bali, Wayan Koster dalam siaran persnya yang diterima Bali.viva.co.id pada Minggu, 14 September 2025.
Gubernur Koster, menekankan pentingnya investigasi dari hulu hingga hilir untuk mencegah banjir berulang.
“Pertemuan ini sangat penting dalam upaya pencegahan yang harus dilakukan ke depan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Kami akan melakukan penelusuran pertama dari Tukad Badung dari hulu sampai hilir apakah terjadi penggundulan hutan, kemudian mengurangi serapan air sehingga pada saat hujan lebat potensi banjirnya menjadi sangat besar,” tegas Wayan Koster.