SMK Ondak Jaya Ciptakan Mesin Pakan Ayam dan Tray Telur, Jawab Tantangan Ketahanan Pangan
- Amrullah/VIVA Bali
Lombok Timur, VIVA Bali –SMK Ondak Jaya, sekolah kejuruan swasta di Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur, melakukan gebrakan penting dalam mendukung program ketahanan pangan.
Sekolah ini berhasil memproduksi mesin pengolah pakan ayam dan mesin pencetak tray telur.
Kedua mesin tersebut dirancang dan diproduksi oleh siswa jurusan Teknik Mesin melalui skema teaching factory yang langsung dijalankan di lingkungan sekolah.
Inovasi ini sekaligus menjawab kelangkaan pasokan pakan dan tray telur yang dialami peternak di NTB.
Kepala SMK Ondak Jaya, Muhammad Harmain, mengatakan bahwa jurusan Teknik Mesin bukanlah jurusan biasa. Biaya operasionalnya tinggi, dan hanya enam sekolah negeri di NTB yang berani membuka jurusan ini.
“Kami satu-satunya SMK swasta di NTB yang punya jurusan Teknik Mesin,” ujarnya, Kepada VIVA Bali. Kamis 28 Agustus 2025
Menurut Harmain, pihak sekolah berani mengambil langkah tersebut karena melihat peluang besar di sektor riil, khususnya industri kecil dan peternakan.
“Kami ingin hadir langsung membantu masyarakat, bukan sekadar mencetak lulusan,” tegasnya.
Teaching factory yang dikembangkan SMK Ondak Jaya bukan hanya untuk latihan siswa. Produk yang dihasilkan sudah memenuhi kebutuhan pasar, termasuk permintaan dari pelaku UMKM dan peternak lokal yang terus meningkat.
Salah satu inovasi unggulan adalah mesin tray telur yang mampu memproduksi hingga 1.000 tray per jam.
“Kami sudah produksi dua unit. Sudah ada pemesan, tinggal tunggu pengambilan,” ungkap Harmain.
Permintaan terhadap tray telur melonjak seiring pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, suplai dari Jawa terbatas, harga mahal, dan waktu tunggu lama.
“Tray bekas pun sekarang diburu karena stok baru sulit masuk,” jelasnya.
Tak hanya itu, SMK Ondak Jaya juga memproduksi mesin pakan ayam skala UMKM. Mesin ini ditujukan untuk pengusaha lokal yang mulai berani memproduksi pakan sendiri ketimbang bergantung dari luar daerah.
“Kita bantu lewat penyediaan mesin. Ini mendorong kemandirian peternak dan pengusaha kecil. Dampaknya jelas: UMKM tumbuh, ketahanan pangan terjaga,” kata Harmain.
Kerja sama juga dibangun dengan toko, pelaku usaha, dan masyarakat. Sekolah menjadi mitra solusi, bukan sekadar tempat belajar.
“Kami ingin siswa siap kerja, sekaligus menciptakan produk yang bermanfaat langsung,” ucapnya.
Harmain menyebutkan, selama ini belum ada kolaborasi antar-SMK untuk kegiatan fabrikasi seperti ini.
“Kami jalan sendiri, langsung ke masyarakat. Bantu UMKM yang baru berkembang,” pungkasnya.