Menteri PPPA Ungkap 4 Pemicu Utama Kekerasan Anak, Handphone Jadi Biang Masalah

Ilustrasi Dua Orang Anak Sedang Bermain Handphone
Sumber :
  • https://unsplash.com/photos/two-young-boys-sitting-on-a-bed-looking-at-their-cell-phones-Ns2Q90h61Qs

Jakarta, VIVA Bali –Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengidentifikasi empat faktor utama yang memicu perilaku kekerasan terhadap anak di Indonesia. Keempat faktor tersebut adalah pola asuh yang salah, kondisi ekonomi, pengaruh gawai dan media sosial, serta lingkungan pergaulan anak.

Kalimat Sederhana Ini Bisa Hancurkan Mental Anak, Orang Tua Wajib Tahu

 

Dalam temu wicara bersama Fatayat Nahdlatul Ulama bertajuk "Kolaborasi Peringatan Hari Anak Nasional 2025" di Jakarta, Rabu, Menteri Arifah menekankan pentingnya orang tua menerapkan pola pengasuhan positif untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak.

Badan Mudah Lelah dan Sakit? Inilah 10 Langkah Mudah Untuk Mulai Pola Hidup Sehat Dari Hal Kecil

 

Pola Asuh Zaman Dulu vs Sekarang Perlu Disesuaikan

 

Parenting Sukses? Ini 7 Tanda Menurut Psikolog Klinis

Faktor pertama yang disorot adalah perubahan pola asuh dalam keluarga modern. Dilansir dari Antara News, Menteri Arifah menjelaskan adanya perbedaan signifikan antara pola pengasuhan masa lalu dengan saat ini.

 

"Faktor pola asuh dalam keluarga. Sadar tidak bahwa pola asuh yang kini dilakukan sangat berbeda dengan pola asuh yang dilakukan oleh orang tua kita waktu kita masih kecil. Kalau dulu kita ngaji salah melulu, paha kita biru-biru dicubit sama ibu kita. Kalau sekarang kita enggak bisa melakukan itu," ungkap Menteri PPPA Arifah Fauzi.

 

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa metode pendisiplinan fisik yang dulu dianggap wajar, kini tidak lagi dapat diterapkan dan perlu diganti dengan pendekatan yang lebih positif.

 

Handphone Jadi Sumber Hampir Semua Kekerasan Anak

 

Faktor kedua yang menjadi sorotan utama adalah pengaruh negatif dari penggunaan gawai dan media sosial yang tidak terkontrol. Menteri Arifah menyampaikan data yang mengkhawatirkan terkait hal ini.

 

"Hampir semua kekerasan yang dialami oleh anak-anak itu sumbernya dari handphone," tegas Menteri PPPA Arifah Fauzi.

 

Pernyataan ini menunjukkan betapa besar dampak negatif teknologi digital terhadap anak-anak jika tidak diawasi dengan baik oleh orang tua.

 

Pengawasan Orang Tua Menjadi Kunci Utama

 

Menteri Arifah menekankan bahwa pengawasan ketat dari orang tua terhadap aktivitas digital anak menjadi hal yang sangat krusial. Tanpa pengawasan yang memadai, anak-anak akan rentan terhadap berbagai bahaya yang mengintai di dunia maya.

 

"Ini kalau kita sebagai orang tua tidak bisa memberikan pengawasan kepada anak, maka bahaya mengintai mereka. Karena sebetulnya kecanggihan teknologi di dunia digital ini, satu sisi memang sangat kita butuhkan. Tetapi di sisi lain bila kita tidak bisa mengawasi anak-anak, maka akan ada dampak negatif yang akan menimpa mereka," jelasnya.

 

Ekonomi dan Lingkungan Pergaulan Turut Berpengaruh

 

Selain pola asuh dan pengaruh gawai, Menteri Arifah juga menyebutkan faktor ekonomi sebagai salah satu pemicu kekerasan terhadap anak. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil dapat mempengaruhi pola pengasuhan dan berpotensi menimbulkan tekanan yang berujung pada kekerasan.

 

Faktor keempat yang tidak kalah penting adalah pengaruh lingkungan pergaulan. "Lingkungan ini juga sangat berpengaruh. Ketika anak-anak kita salah memiliki teman atau berada di lingkungan yang kurang baik," kata Menteri PPPA Arifah Fauzi.

 

Pemilihan teman bergaul dan lingkungan yang tepat menjadi aspek penting dalam melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi di sekitar mereka.

 

Upaya Pencegahan Melalui Kolaborasi

 

Acara yang diselenggarakan bersama Fatayat Nahdlatul Ulama ini merupakan bagian dari upaya kolaboratif dalam memperingati Hari Anak Nasional 2025. Selain membahas pencegahan kekerasan, acara ini juga fokus pada pentingnya pemenuhan gizi dan fortifikasi zat besi untuk mencegah Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada anak.

Identifikasi keempat faktor pemicu kekerasan anak ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi orang tua dan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan yang lebih efektif dan terstruktur.