Masyarakat Gilimanuk Gelar Ritual Mulang Pekelem dan Petik Laut di Selat Bali
- I Nyoman Sudika/ VIVA Bali
Lanjut Gus Tony, untuk tingkatan upacara digunakan catur Bah dengan caru bebangkit menggunakan pakelem hewan kambing, ayam, bebek, dan kerbau yus merana. Usai pecaruan dilanjutkan dengan Mulang Pekelem dengan menggunakan KMP Agung Samudra IX menuju tengah laut Selat Bali.
“Upacara ini juga dirangkai dengan tradisi Petik Laut, di mana warga Gilimanuk yang berprofesi sebagai nelayan melarung sesaji sebagai bentuk rasa syukur,”imbuhnya.
Sementara itu Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna yang berkesampatan hadir bersama Forum Pimpinan Daerah mengatakan, upacara Mulang Pakelem dan tradisi Petik Laut ini merupakan wujud upakara untuk memohon perlindungan dan keselamatan.
"Kita selama ini telah memanfaatkan laut sebagai salah satu sumber kehidupan serta sebagai sarana lalu lintas antar pulau, tentu kita wajib memohon perlindungan kepadaNya," ujarnya.
Patriana Krisna yang akrab disapa Ipat menambahkan Mulang Pakelem adalah bentuk permohonan keselamatan bagi seluruh masyarakat, khususnya yang akan menyeberang di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang. Sementara itu, tradisi Petik Laut adalah wujud rasa terima kasih para nelayan atas rezeki yang diberikan. Pihaknyapun berharap kegiatan ini tidak hanya dilakukan sekali namun bisa rutin dilaksanakan setiap tahun.
"Kami berharap ke depannya, upacara ini dapat dilaksanakan secara rutin, tentu dengan mempertimbangkan biayanya," kata Ipat.
Disisi lain, Gubernur Bali dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kadis Perhubungan Provinsi Bali, Gde Wayan Samsi Gunarta, mengajak seluruh pihak untuk menghormati laut sebagai sumber kehidupan tak ternilai maupun sisi spiritual. Ditekankan pula menjaga kelestarian laut adalah tanggung jawab bersama demi keberlangsungan ekosistem dan kesejahteraan generasi mendatang.