Ketika Sawah Tak Lagi Menyelamatkan, Tambang Jadi Pilihan Terakhir
- Moh Helmi/ VIVA Bali
Lombok Barat, VIVA Bali –Di balik keelokan lanskap alam Sekotong yang dikenal sebagai surga wisata, tersimpan kenyataan getir dari ratusan warga yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas penambangan emas. Meski masih berstatus ilegal, tambang-tambang rakyat di wilayah ini menjadi tumpuan ekonomi utama bagi masyarakat setempat.
“Banyak warga yang menggantungkan hidup dari lahan tambang di Sekotong. Tanpa tambang ini, banyak yang akan kehilangan mata pencaharian,” ujar Habib Islami, warga Desa Persiapan Belongas, Kecamatan Sekotong, Sabtu, 12 Juli 2025.
Habib adalah satu dari sekian banyak penambang rakyat yang bertaruh hidup di tengah ketidakpastian hukum. Ia menegaskan bahwa masyarakat tidak ingin berhadapan dengan hukum, namun mereka terdesak oleh keadaan.
“Kami bukan penjahat. Kami cuma mau anak istri bisa makan dan sekolah. Kalau ada cara yang legal, kami mau ikut,” katanya lirih.
Ketika sektor pertanian tidak lagi bisa diandalkan akibat perubahan cuaca ekstrem dan hasil panen yang tidak menentu, masyarakat pun beralih ke tambang sebagai jalan keluar.
“Pertanian susah sekarang, musim enggak nentu. Kadang tanam padi, gagal panen. Sementara di rumah, anak butuh makan, sekolah, dan kebutuhan lain,” tambah Habib.
Alih fungsi profesi secara besar-besaran ini menimbulkan realitas baru di Sekotong: tambang menjadi tulang punggung ekonomi lokal.