31 Ahli Forensik Dikerahkan Identifikasi Jenazah KMP Tunu Pratama Jaya, RSUD Blambangan Disulap Jadi Posko DVI

31 anggota TIM DVI Polda Jatim standby di RSUD Blambangan
Sumber :
  • Dok. Pemkab Banyuwangi/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Bali –Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Banyuwangi menyisakan duka mendalam. Dalam upaya mengidentifikasi korban, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur menurunkan 31 personel yang kini bekerja intensif di RSUD Blambangan, Banyuwangi.

Siapa 8 Pelaku Penyekapan 3 Warga Desa Watukebo? Oknum Polisi, Pecatan Polisi atau Orang yang Mengaku Polisi?

Langkah ini menjadi bagian penting dari proses kemanusiaan yang krusial dalam memastikan identitas para korban, sekaligus memberikan kepastian bagi keluarga yang menanti kabar. 

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menegaskan bahwa RSUD Blambangan telah ditunjuk sebagai pusat penanganan post mortem oleh Tim DVI. Seluruh fasilitas pendukung telah disiapkan secara menyeluruh.

Pelaku Penyekapan yang Mengaku Polisi Kuras Uang Korban, 8 Juta Raib dan 40 Juta Batal Ditransfer

"RSUD Blambangan diputuskan menjadi pusat penanganan post mortem Tim DVI. Kami berharap ini akan memperlancar kerja penanganan korban," kata Ipuk, Minggu 6 Juli 2025.

Fasilitas seperti ruang pemeriksaan jenazah, tempat pendinginan, kantung jenazah, hingga tempat penyimpanan properti korban telah tersedia. Bahkan, sebelumnya RSUD Blambangan juga menjadi lokasi pemeriksaan kesehatan bagi 34 penyelam yang ditugaskan dalam operasi penyelamatan. 

Sanawi Penuhi Panggilan Polisi Terkait Pelaporan Panitia Hajati Dalam Kericuhan Sepak Bola

Koordinator post mortem, dr. Tutik Purwanti, SpFM, menjelaskan bahwa Tim DVI bertugas mengumpulkan dan mencocokkan data post mortem dari jenazah maupun barang milik korban. Semua data ini akan disinkronkan dengan data ante mortem yang dikumpulkan dari keluarga atau sumber lain.

"Semua temuan, baik korban maupun properti, akan diperiksa di sini. Kemudian akan kita cocokkan dengan data ante mortem," jelasnya.

Proses identifikasi melibatkan berbagai pemeriksaan, mulai dari forensik gigi, sidik jari, hingga DNA. Tenaga kesehatan yang dikerahkan berasal dari berbagai instansi, termasuk RS Bhayangkara Bondowoso, Lumajang, RSUD Dr. Soetomo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Banyuwangi. 

Menurut dr. Tutik, waktu yang dibutuhkan untuk proses identifikasi sangat bergantung pada kondisi fisik jenazah. Jika jenazah dalam kondisi utuh, maka identifikasi bisa dilakukan lebih cepat. Namun, ketepatan tetap menjadi prioritas utama.

"Prinsip identifikasi bukan soal berapa lamanya, tapi ketepatannya. Jangan sampai salah mengidentifikasi," tegas dr. Tutik. 

Identifikasi korban bukan hanya soal data forensik, tetapi juga soal empati dan tanggung jawab. Tim DVI terus bekerja siang dan malam untuk memastikan setiap korban bisa kembali ke keluarganya dengan identitas yang benar. Masyarakat pun diimbau untuk bersabar dan memberikan dukungan moral bagi para petugas yang berada di garda depan dalam proses ini.