Psikolog Ungkap Cara Cegah Anak Jadi 'Zombie Digital'
- https://youtu.be/I7pmbho1DUQ?si=hWnyUaHZicGDKSIe
Lifestyle, VIVA Bali – Di era digital saat ini, game online telah menjadi bagian dari keseharian anak-anak dan remaja. Meski menyenangkan dan dapat menjadi sarana hiburan, terlalu lama bermain gim tanpa batasan justru bisa berdampak buruk pada perkembangan anak. Hal ini diungkapkan oleh psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Gisella Tani Pratiwi, M.Psi., Psikolog, dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Senin, 4 Agustus 2025, dikutip dari Antara.
“Gim online atau produk elektronik lain memiliki dampak yang serius bagi beragam aspek perkembangan anak sejak dini, terutama jika terpapar secara berlebihan dan tidak sesuai usia,” kata Gisella, psikolog klinis anak dan remaja lulusan Universitas Indonesia.
Gisella menekankan pentingnya peran orang tua dalam menerapkan aturan yang tepat seputar penggunaan gim online. Menurutnya, pengaturan ini tidak hanya sebatas soal durasi bermain, tetapi juga menyangkut jenis gim yang diperbolehkan.
Mengacu pada rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP), berikut batasan waktu menatap layar (screen time) yang disarankan berdasarkan usia anak:
- Usia di bawah 18 bulan: Sebaiknya tidak ada screen time sama sekali, kecuali untuk video call dengan bimbingan orang tua.
- 18 bulan hingga 2 tahun: Diperbolehkan screen time untuk konten edukatif dan dengan pendampingan orang tua.
- Usia 2–5 tahun: Maksimal satu jam per hari untuk konten non-edukatif.
- Usia 5–12 tahun: Screen time tidak lebih dari dua jam per hari di luar tugas sekolah.
- Usia 13 tahun ke atas (remaja): Perlu ada kesepakatan dan tanggung jawab bersama dalam mengatur screen time, termasuk pilihan gim yang dimainkan.
“Penting untuk menyeimbangkan screen time dengan aktivitas fisik maupun interaksi sosial secara langsung,” jelas Gisella.
Jika tidak dikontrol, screen time yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak, seperti:
- Terhambatnya perkembangan bahasa
- Menurunnya kemampuan berpikir kritis
- Masalah sosio-emosional
- Ketergantungan psikologis pada gim
- Menurunnya minat terhadap aktivitas sosial dan fisik
Gisella mengingatkan, aturan yang baik akan sia-sia jika orang tua sendiri tidak memberikan contoh yang tepat.
“Dalam hal ini, orang tua atau anggota keluarga lain perlu menjadi teladan yang menampilkan perilaku baik dan sesuai dengan aturan yang sudah disepakati,” ujarnya.
Selain itu, ia menyarankan agar orang tua menyediakan alternatif aktivitas yang menyenangkan untuk anak, seperti olahraga, bermain di luar rumah, seni, atau membaca buku.
Jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda adiksi gim, seperti sulit berhenti bermain atau melanggar aturan yang telah disepakati, Gisella menyarankan agar anak dijauhkan sementara dari gim online.
Lebih dari itu, yang paling penting menurutnya adalah komunikasi terbuka dan edukasi berkelanjutan. Anak perlu diajak berdiskusi tentang dampak positif dan negatif dari bermain gim agar mereka bisa belajar mengelola waktunya sendiri.
“Pemberian pemahaman yang terus menerus sangat penting agar anak mengerti dan menyadari dampak baik dan buruk dari gim online. Tujuannya bukan melarang, tapi mendidik agar mereka bisa membuat keputusan bijak,” tutupnya.