Anak Tiba-Tiba Sulit Diajak Bicara? Waspadai Efek 'Otak Reptil'

Ilustrasi seorang anak sedang dimarahi oleh ayahnya.
Sumber :
  • : https://www.pexels.com/photo/father-talking-to-his-son-4260104/

Lifestyle, VIVA Bali – Ketika seorang anak mulai menjauh dari keluarga, enggan berbicara, dan lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman yang tidak jelas arah pergaulannya, ini bukan sekadar fase “remaja ingin bebas”. Menurut Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., kondisi tersebut bisa menjadi indikasi awal bahwa anak tengah berada di jalur berisiko menuju perilaku menyimpang.

Tersenyum Terus Padahal Terluka, Bahaya Positivity yang Berlebihan

“Biasanya yang paling menonjol adalah ketika mereka sudah mulai sulit melakukan kebersamaan dan berkomunikasi dengan keluarga,” ujar Novi dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025, dikutip dari Antara.

Ia menambahkan, salah satu tanda serius lainnya adalah kesulitan anak untuk fokus dalam membangun aktivitas yang bermanfaat, seperti belajar, berkarya, atau bersosialisasi secara sehat.

Benarkah Orang Cerdas Lebih Sering Overthinking? Ini Faktanya

Novi menjelaskan bahwa saat anak mengalami tekanan atau stres berat, hormon kortisol dalam tubuh meningkat. Hal ini berdampak langsung pada penurunan fungsi bagian otak yang bertugas untuk berpikir logis dan membuat keputusan (prefrontal cortex). Sebaliknya, amygdala atau “otak reptil” mengambil alih kendali. Otak bagian ini bekerja berdasarkan insting bertahan hidup: melawan, diam, atau lari.

“Ketika anak emosinya dipancing dan merasa terancam, ia akan merespons menggunakan otak reptil, bukan dengan berpikir. Inilah yang membuat anak mudah terlibat kekerasan seperti tawuran,” jelas Novi.

7 Kebiasaan Harian Sederhana untuk Hidup Lebih Bahagia

Bahkan, lanjutnya, dalam banyak kasus, anak sebenarnya sadar bahwa tindakannya salah, tetapi ia tidak mampu menimbang risiko dan konsekuensinya karena fungsi nalarnya ditekan oleh kondisi emosional.

Sebagai upaya pencegahan, Novi menyarankan agar anak diberi stimulasi aktivitas fisik yang rutin seperti olahraga, bermain di luar, atau kegiatan sosial yang sehat. Kegiatan ini membantu melepaskan ketegangan emosional dan menurunkan kadar stres dalam tubuh.

Halaman Selanjutnya
img_title