Anak Dicap Nakal? Waspadai Dampaknya Lebih Seram dari yang Dibayangkan!

Ilustrasi seorang anak bermain dengan boneka.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/boy-sitting-with-brown-bear-plush-toy-on-selective-focus-photo-39369/

Lifestyle, VIVA Bali – Melabeli anak sebagai “nakal” mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang tua. Namun di balik kata yang sederhana itu, bisa tersembunyi potensi besar yang menyeret anak pada perilaku menyimpang hingga tindak kriminal.

Tersenyum Terus Padahal Terluka, Bahaya Positivity yang Berlebihan

Psikolog klinis Phoebe Ramadina, M.Psi., menyampaikan bahwa stigma negatif dari lingkungan, terutama dari orang tua, bisa memengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan masa depannya.

“Anak yang mengalami kesulitan regulasi emosi bisa merasa putus asa dan tidak melihat gunanya memperbaiki diri jika terus-menerus dilabeli sebagai anak nakal,” ujar Phoebe dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025, dikutip dari Antara.

Benarkah Orang Cerdas Lebih Sering Overthinking? Ini Faktanya

Menurutnya, anak-anak secara kognitif belum matang. Mereka belum sepenuhnya mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta masih kesulitan mengendalikan dorongan emosi dan impulsivitas.

Selain dari dalam diri anak, faktor eksternal seperti pola asuh keras, lingkungan penuh kekerasan, atau dorongan dari teman sebaya juga berkontribusi besar terhadap kenakalan yang berkembang menjadi tindak kriminal.

7 Kebiasaan Harian Sederhana untuk Hidup Lebih Bahagia

“Beberapa anak ikut dalam tindakan kriminal karena ingin diterima oleh lingkungannya. Ketika dorongan emosi dan tekanan sosial tak mampu diatur, maka mereka bisa terdorong untuk melakukan kekerasan,” jelasnya.

Phoebe menegaskan bahwa setiap anak membutuhkan pendekatan yang tepat dan dukungan emosional yang kuat untuk membentuk karakter mereka secara sehat.

Halaman Selanjutnya
img_title