Anak Siap Masuk TK? Pastikan Sudah Lulus Toilet Training!
- https://www.pexels.com/photo/cute-baby-on-the-toilet-14866682/
Lifestyle, VIVA Bali – Proses belajar buang air kecil dan besar di toilet, atau yang dikenal dengan toilet training, sebaiknya dimulai sejak anak berusia 2 hingga 2,5 tahun, pernyataan tersebut disampaikan oleh psikolog klinis dan keluarga Pritta Tyas, M.Psi dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta, Minggu, 20 Juli 2025, dikutip dari Antara.
“Toilet training sebenarnya bisa dimulai sekitar usia dua sampai dua setengah tahun,” ujar Pritta, psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada sekaligus pendiri BN Montessori.
Menurutnya, pada rentang usia tersebut anak umumnya sudah mulai memiliki kesiapan fisik, mental, dan kognitif untuk menjalani proses latihan secara bertahap.
Pritta menjelaskan, tanda-tanda anak siap melakukan toilet training antara lain:
- Mampu mengenali sinyal tubuh saat ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB)
- Mampu membuka dan memakai kembali pakaian sendiri
- Memiliki keseimbangan untuk duduk di toilet
- Mampu membersihkan diri setelah buang air
“Di usia dua tahun, anak sudah bisa menjalankan rangkaian kegiatan dasar itu. Kalau dimulai terlalu dini, misalnya sebelum 18 bulan, biasanya anak belum siap secara menyeluruh,” jelasnya.
Meski begitu, ia menambahkan bahwa tidak ada usia pasti yang menjadi patokan tunggal. Beberapa anak mungkin sudah mulai diperkenalkan toilet training sejak usia 18 bulan, dan itu tidak salah asalkan dilakukan secara bertahap dan tanpa tekanan.
Pritta mengingatkan agar orang tua tidak menunda toilet training terlalu lama. Jika latihan baru dimulai saat anak berusia 3 atau 3,5 tahun, ada kemungkinan anak belum benar-benar lepas dari popok saat memasuki usia taman kanak-kanak (TK), yaitu sekitar 4 tahun.
“Kalau latihan baru dimulai saat usia 3,5 tahun, bisa saja ketika anak masuk TK di usia 4 tahun, prosesnya belum selesai. Padahal mayoritas anak di usia itu sudah mandiri ke toilet,” kata Pritta.
Hal ini berpotensi mengganggu kenyamanan anak di sekolah, bahkan bisa berdampak pada rasa percaya diri dan relasi sosial dengan teman sebaya.
Pritta menekankan bahwa toilet training bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan atau dijadikan ajang pembuktian antar orang tua. Ini adalah proses bertahap yang memerlukan konsistensi dan empati.
“Anak butuh waktu untuk belajar. Orang tua harus sabar, jangan marah jika anak belum berhasil. Ini bagian dari proses kemandirian,” tegasnya.
Orang tua dianjurkan menggunakan pendekatan positif, misalnya dengan memberi pujian saat anak berhasil atau menyediakan toilet duduk khusus yang membuat anak merasa aman dan nyaman.
Tips Toilet Training dari Psikolog Pritta Tyas:
- Mulailah di usia 2–2,5 tahun, saat kesiapan anak secara fisik dan mental mulai terlihat
- Gunakan bahasa sederhana untuk menjelaskan apa itu buang air dan bagaimana cara ke toilet
- Sediakan toilet kecil atau dudukan toilet anak yang ergonomis
- Jadikan proses ini menyenangkan dan tanpa tekanan
- Hindari perbandingan dengan anak lain, setiap anak memiliki ritmenya sendiri
Toilet training bukan hanya soal melepas popok, tetapi juga merupakan bagian penting dari pembentukan kemandirian dan kepercayaan diri anak. Dengan mengenali waktu yang tepat dan memberikan dukungan yang sesuai, orang tua bisa membantu anak melewati fase ini dengan lebih lancar dan tanpa stres.