Megibung, Makan Bareng Ala Bali yang Lebih Dari Sekadar Kulineran

Megibung , Makan Bareng Ala Bali Yang Lebih Dari Sekadar Kulineran
Sumber :
  • https://pin.it/3KjftpWc6

Tradisi, VIVA Bali – Megibung adalah tradisi makan bersama khas masyarakat Karangasem, Bali, yang telah berlangsung sejak abad ke-17. Tradisi ini tidak hanya sekadar menyantap hidangan bersama, tetapi juga mengandung nilai-nilai kebersamaan, egalitarianisme, dan solidaritas sosial yang kuat.

Asal Usul dan Sejarah Megibung

Seni Musik Mandolin, Alat Musik Kuno dari Bali

Tradisi Megibung diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut lKarangasem, sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Saat itu, sang raja mengajak para prajuritnya untuk makan bersama dalam satu wadah besar setelah kembali dari medan perang. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa persaudaraan dan menghilangkan sekat sosial di antara mereka.

Proses dan Tata Cara Megibung

Pelaksanaan Megibung dimulai dengan persiapan hidangan secara gotong royong oleh masyarakat. Makanan yang disajikan biasanya berupa nasi, lawar, sate, dan hidangan khas Bali lainnya, yang disusun di atas daun pisang dalam satu wadah besar. Peserta Megibung duduk melingkar dan menyantap hidangan bersama-sama dengan tangan, tanpa menggunakan alat makan. Sebelum dan sesudah makan, peserta mencuci tangan sebagai simbol kesucian dan penghormatan terhadap makanan.

Nilai-Nilai Sosial dalam Megibung

Falsafah Tri Hita Karana di Bali, Kearifan Lokal yang Menginspirasi Dunia

Megibung mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kesetaraan, dan solidaritas sosial. Dalam tradisi ini, tidak ada perbedaan status sosial; semua peserta duduk dan makan bersama dalam satu lingkaran. Hal ini mencerminkan filosofi 'menyame braya' dalam budaya Bali, yaitu hidup rukun dan harmonis antar sesama.

Halaman Selanjutnya
img_title