Robot dan Drone Gantikan Petani, Revolusi Pertanian Dimulai!

Ilustrasi pertanian saat menggunakan robot dan drone.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/green-leafed-plants-2132171/

Lifestyle, VIVA Bali – Di tengah teriknya matahari musim panas di Desa Zhangzhuangli, Provinsi Henan, China, terlihat pemandangan yang dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah: ladang gandum seluas ratusan hektare dipanen dengan presisi tinggi, tanpa satu pun petani terlihat bekerja. Sebagai gantinya, drone pengintai terbang mengawasi dari langit, traktor dan mesin pemanen tanpa awak bekerja secara otomatis, dan sistem irigasi pintar menyiram tanaman berdasarkan kebutuhan spesifik mereka.

Kapolresta Banyuwangi dan Ketua Bhayangkari Kunjungi Korban KMP Tunu Pratama Jaya

Inilah wajah baru pertanian China sepenuhnya nirawak, berbasis teknologi cerdas, dan didesain untuk masa depan.

Pertanian seluas 233 hektare (setara dengan 3.500 mu) di wilayah Qingfeng ini adalah proyek percontohan pertanian rotasi gandum-jagung yang sepenuhnya dijalankan oleh teknologi otomatisasi. Dirancang oleh Universitas Pertanian Henan melalui program inovatif bernama Sci-Tech Backyard, lahan ini menjadi model pertama di China yang menggabungkan seluruh proses dari pembajakan, penanaman, pemupukan, hingga panen secara otonom.

Drone Bawah Laut Bantu Pencarian KMP Tunu Pratama Jaya, Dipimpin Kapolresta Banyuwangi dan Dirpolairud

“Dulu, saat musim panen tiba, semua anggota keluarga turun ke ladang. Sekarang, semua dikerjakan mesin,” kata Zhou Jianshi, kepala koperasi mesin pertanian setempat. “Kuda besi ini bekerja tanpa lelah, dan hasilnya luar biasa.”

Teknologi yang Bekerja Nyaris Tanpa Campur Tangan Manusia

Berbagai jenis teknologi diterapkan di ladang ini:

Baru Beli Wajan? Jangan Langsung Dipakai, Lakukan Ini Dulu!

Traktor dan pemanen nirawak

Drone pengintai

Penabur benih berbasis udara

Sistem irigasi presisi berbasis satelit

AI dan big data untuk prediksi hasil dan kebutuhan tanaman

Semuanya terhubung melalui sistem navigasi satelit BeiDou, alternatif China terhadap GPS. Hasilnya sangat mengesankan:

Waktu panen dipangkas dari 7 hari menjadi hanya 4 hari

Kebutuhan tenaga kerja untuk irigasi turun 90%

Penggunaan pupuk berkurang 20% namun efisiensinya naik 30%

Biaya tenaga kerja berkurang hingga 40%

Hasil panen naik 20% dibandingkan metode konvensional

Di pusat kendali pertanian, layar digital besar menampilkan data secara real-time: kelembapan tanah, kepadatan benih, hingga peringatan dini serangan hama. Drone terbang melakukan patroli otomatis setiap 30 menit di 10 titik berbeda untuk mengumpulkan data lapangan.

“Kami tidak hanya mengamati ladang, tapi memprediksi kebutuhan tanaman,” jelas Wang Qiang, direktur program dan profesor madya di Universitas Pertanian Henan.

Model AI menerjemahkan data menjadi keputusan langsung, seperti kapan dan di mana menyiram, atau kapan perlu menambah nutrisi. Sistem ini membuat pertanian tak hanya efisien, tapi juga berkelanjutan dan hemat sumber daya.

Prof. Ye Youliang, pendiri program ini, menegaskan bahwa tujuan utama sistem ini adalah mencocokkan kebutuhan tanaman dengan input (air dan pupuk) secara presisi. Dengan begitu, pertanian bisa tetap menghasilkan tinggi dengan dampak lingkungan yang lebih rendah.

“Kami menyalurkan nutrisi tepat pada waktunya dan di tempat yang dibutuhkan. Itulah masa depan pertanian,” ujarnya.

Ladang pintar di Qingfeng kini dianggap sebagai model replikasi yang dapat digunakan di wilayah lain di China dan bahkan dunia.

Dengan keberhasilan uji coba ini, masa depan pertanian tampaknya akan berubah drastis. Tidak lagi mengandalkan kerja keras fisik manusia, tapi pada integrasi teknologi, data, dan efisiensi.

“Langkah selanjutnya adalah menyempurnakan proses nirawak dari awal hingga akhir,” tutup Wang. “Qingfeng adalah awal dari perubahan besar bagi pertanian modern China.”

Pertanian masa depan bukan lagi mimpi. Di Henan, China, masa depan itu sudah dimulai.