Plot Twist! Ayam Pelangi di Indonesia Ternyata Nasibnya Lebih Beruntung daripada Saudaranya di Luar Negeri

Ayam warna warni yang lucu
Sumber :
  • https://unsplash.com/photos/flock-of-chicken-chicks-0n5whdeZ0ow

Lifestyle, VIVA Bali – Siapa yang gak pernah liat ayam-ayam mungil warna-warni dijual di pinggir jalan atau depan sekolah? Pasti kalian sering merasa kasihan sama si ayam pelangi ini karena dipaksa jadi "mainan hidup" anak-anak. Tapi tunggu dulu, ternyata ada fakta mengejutkan yang bikin kita harus mikir ulang!

Inilah Film yang Paling Banyak Memberikan Arnold Schwarzenegger Cuan

Setelah menggali lebih dalam, nasib ayam-ayam kecil di Indonesia yang diwarnai ini justru jauh lebih beruntung dibanding jutaan saudaranya di negara-negara maju. Gimana ceritanya?

Kenyataan Pahit Industri Peternakan Global

Ternyata di balik telur-telur yang kita makan setiap hari, ada tragedi kemanusiaan yang jarang disorot media. Di Brasil misalnya, setiap tahunnya sekitar 6 hingga 7 juta anak ayam jantan yang baru menetas langsung dimusnahkan!

Ketika Senyuman Pria Bikin Wanita Malu, Mengungkap Psikologi di Baliknya

"Dilansir dari Wikipedia, sekitar 7 miliar anak ayam jantan dimusnahkan per tahun secara global dalam industri telur karena mereka tidak bisa bertelur dan tidak cocok untuk produksi daging"

Lebih ngeri lagi, di Amerika Serikat angkanya mencapai 260-300 juta anak ayam per tahun yang dibantai! Di Jerman saja, sekitar 45 juta anak ayam jantan dimusnahkan setiap tahun sebelum praktik ini dilarang.

Metode Pemusnahan yang Brutal

Sering Makan Coklat, Makin Cerdas? Kupas Tuntas Jawaban Ilmiahnya!

Yang bikin merinding, cara pemusnahannya benar-benar sadis. Ketika telur menetas, pekerja terlatih akan mengidentifikasi jenis kelamin anak ayam, memisahkan yang jantan dan yang betina. Yang jantan langsung dimusnahkan.

"Dilansir dari Animal Equality, metode pemusnahan yang umum digunakan adalah maceration - anak ayam dimasukkan ke mesin penggiling dan dibunuh dengan cara 'dipotong-potong' sementara mereka masih hidup dan sadar penuh"

Proses ini disebut "maceration" dalam industri - anak ayam dimasukkan ke dalam semacam blender raksasa. Bayangkan betapa kejamnya!

Indonesia, dari Limbah Jadi Berkah

Nah, di sinilah kreativitas anak bangsa berperan! Alih-alih dimusnahkan begitu saja, para pedagang kreatif Indonesia justru melihat peluang bisnis dari anak-anak ayam yang sebenarnya adalah DOC (Day Old Chicken) atau ayam broiler yang masih kecil.

Ayam-ayam ini diwarnai dengan berbagai warna menarik seperti hijau, merah, kuning, dan ungu menggunakan pewarna untuk menarik minat anak-anak. Mereka dijual sebagai "mainan bernyawa" dengan harga terjangkau di sekitar sekolah-sekolah dan pasar tradisional.Ayam-ayam ini dijual sebagai "mainan bernyawa" untuk anak-anak sekolah. Meski cara pewarnaan yang dilakukan menggunakan bahan pewarna tekstil, setidaknya mereka masih diberi kesempatan hidup beberapa hari atau minggu.

Fakta Mengejutkan, Indonesia Vs Negara Maju

Kontrasnya sungguh mencengangkan:

Global: 7 miliar anak ayam jantan dimusnahkan per tahun dengan mesin pencacah

Amerika Serikat: 260-300 juta anak ayam dibantai - itu artinya 30.000 anak ayam setiap jam!

Jerman: 45 juta anak ayam dimusnahkan per tahun (sebelum dilarang)

Belanda: 45 juta anak ayam jantan dibantai setiap tahun

Indonesia: Anak ayam jantan diwarnai dan dijual sebagai hewan peliharaan sementara

Bahkan di Indonesia sendiri, pemerintah pernah melakukan program pemusnahan 7 juta bibit ayam setiap minggu sejak Desember 2019 untuk menjaga stabilitas harga ayam.

Teknologi Canggih Tapi Tetap Kejam

Yang lebih ironis lagi, negara-negara maju ini punya teknologi super canggih untuk mengidentifikasi jenis kelamin ayam bahkan sebelum telur menetas. Jerman sudah mengembangkan lima sistem in-ovo sexing yang tersedia secara komersial, menggunakan biomarker, MRI, spektroskopi, atau deteksi warna.

"Dilansir dari European Investment Bank, perusahaan Belanda In Ovo telah mengembangkan teknologi yang bisa menentukan jenis kelamin embrio pada hari ke-9, dan target mereka adalah hari ke-6"

Tapi tetap saja, nasib anak ayam jantan sudah ditentukan: musnah! Jerman baru melarang pembantaian anak ayam jantan mulai Januari 2022, diikuti Prancis yang melarang praktik ini mulai 2023. Austria, Italia, dan Swiss juga sudah mengambil langkah serupa.

Dampak Pewarnaan di Indonesia

Memang harus diakui, cara pewarnaan ayam di Indonesia juga punya masalah. Anak ayam yang diwarnai menjadi lemas dan akhirnya mati karena tubuhnya kemasukan racun dari bahan pewarna tekstil. Mereka tidak bisa bertahan hidup lama dibanding anak ayam tanpa pewarna.

Bahan pewarna tekstil berbahaya bagi tubuh hewan karena anak ayam yang masih kecil belum memiliki bulu sebagai penghangat tubuhnya. Anak-anak yang berinteraksi langsung dengan ayam tersebut juga berpotensi terpapar zat kimia berbahaya.

Solusi dan Inovasi Masa Depan

Beberapa perusahaan sudah mulai mencari solusi lebih humane. Perusahaan Jerman bernama Selectegg menjual telur dengan teknologi identifikasi gender pre-hatching di Prancis dan Jerman dengan nama "respecteggs".

Strategi lain yang diadopsi produsen kecil adalah membesarkan unggas dengan "fungsi ganda" - membiarkan ayam jantan dibesarkan untuk menjadi ayam pedaging ketimbang dimusnahkan.

Perspektif Baru yang Bikin Mikir

Jadi, sebelum kita terlalu cepat menghakimi praktik ayam pelangi di Indonesia, mungkin kita perlu tahu dulu gimana nasib jutaan anak ayam di negara-negara yang kita anggap lebih "beradab".

Ternyata yang kita anggap kejam justru masih lebih manusiawi dibanding praktik industri peternakan global yang brutal tapi tersembunyi di balik kemasan modern dan steril.

Plot twist banget kan? Siapa sangka ayam pelangi yang sering kita kasihani justru lebih beruntung dari saudaranya yang langsung jadi korban mesin penghancur tanpa sempat merasakan dunia selama beberapa hari!