Hati-Hati, Ghosting Tak Sekadar Menghilang Tapi Bisa Menyakiti
- https://id.pinterest.com/pin/32651166042351247/
Gaya Hidup, VIVA Bali –Fenomena ghosting kini semakin sering terjadi dalam kehidupan sosial, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Istilah ini merujuk pada tindakan menghilang begitu saja dari suatu hubungan, baik percintaan maupun pertemanan, tanpa memberikan penjelasan apapun. Munculnya media sosial dan aplikasi chatting membuat perilaku ini semakin mudah dilakukan. Sayangnya, meskipun tampak sepele, ghosting bisa membuat dampak yang tidak bisa dianggap ringan, khususnya terhadap kesehatan mental.
Ketika seseorang mengalami ghosting, reaksi awal yang sering muncul adalah kebingungan. Tanpa kejelasan alasan mengapa komunikasi tiba-tiba terputus, korban bisa merasa ditolak, tidak berharga, dan mempertanyakan diri sendiri. Pertanyaan seperti "Apa salahku?" atau "Kenapa dia tiba-tiba menghilang?" sering kali bergema di kepala. Tidak sedikit pula yang akhirnya menarik kesimpulan bahwa mereka tidak cukup baik, yang berujung pada penurunan rasa percaya diri.
Lebih jauh lagi, ghosting juga dapat memicu kecemasan dan rasa takut akan penolakan di masa depan. Trauma emosional yang dialami bisa membuat seseorang kesulitan mempercayai orang lain, bahkan dalam hubungan yang baru. Perasaan kesepian dan sedih yang berkepanjangan tak jarang berujung pada kondisi depresi, terutama bila hubungan yang berakhir tersebut memiliki nilai emosional yang kuat. Ketidakpastian dan kehilangan yang tiba-tiba menciptakan luka batin yang mendalam.
Menariknya, dampak ghosting tidak hanya dirasakan oleh korban. Orang yang melakukan ghosting juga berpotensi mengalami efek psikologis. Beberapa di antaranya mengaku merasa bersalah setelah menyadari bahwa tindakan mereka menyakiti orang lain. Selain itu, kebiasaan menghindari konflik dengan cara "menghilang" dapat menciptakan pola hubungan yang tidak sehat di masa depan. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara terbuka dan menyelesaikan masalah justru memperburuk kualitas hubungan sosial mereka sendiri.
Menghadapi pengalaman ghosting tentu tidak mudah. Namun, ada beberapa cara yang dapat membantu proses pemulihan. Salah satunya adalah dengan memberikan belas kasih terhadap diri sendiri dan menerima bahwa perasaan yang muncul sangatlah valid. Tidak ada salahnya juga untuk menceritakan pengalaman ini kepada teman dekat atau anggota keluarga sebagai bentuk dukungan emosional. Bagi sebagian orang, berbicara dengan terapis juga bisa menjadi langkah penting untuk mengatasi dampak emosional dari ghosting.
Perlu diingat bahwa ghosting bukanlah cerminan dari nilai diri seseorang. Ketika seseorang memilih untuk menghilang tanpa penjelasan, hal itu lebih mencerminkan cara mereka yang belum matang dalam menyikapi hubungan. Di era digital seperti sekarang, penting bagi kita untuk tetap menjaga empati dan komunikasi yang sehat agar hubungan yang terjalin tidak hanya berjalan lancar, tetapi juga memberi dampak positif bagi kesehatan mental masing-masing.