Kesejahteraan Mental Lansia Indonesia yang Sering Terlupakan
- https://www.freepik.com/free-ai-image/black-white-portrait-parents-children-sharing-time-together-as-family_210218932.htm
Lifestyle, VIVA Bali – Ketika membicarakan kesehatan lansia di Indonesia, perhatian umumnya tertuju pada penyakit fisik seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau radang sendi. Namun, ada satu aspek yang kerap terabaikan, yaitu kesehatan mental lansia.
Di balik senyum lembut dan tubuh yang tampak tenang, banyak lansia di Indonesia mengalami tekanan emosional yang dalam kesepian, depresi, dan kehilangan makna hidup. Fenomena ini berlangsung diam-diam, terluka dalam sunyi, dan seringkali tak tertangani.
Lansia, Rentan Tapi Terlupakan
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 20% populasi lansia di dunia mengalami gangguan mental atau neurologis, dan sekitar 6,6% kematian pada kelompok usia ini dikaitkan dengan gangguan mental dan penggunaan zat. Namun, sebagian besar kasus tidak terdiagnosis atau tidak ditangani secara memadai.
Di Indonesia, lansia kerap tinggal terpisah dari anak-anak mereka karena urbanisasi. Mereka kehilangan pasangan hidup, kehilangan peran sosial, dan mengalami penurunan fungsi fisik. Semua ini menjadi pemicu depresi dan penurunan kualitas hidup yang sering disalahpahami sebagai “wajar karena usia”.
Sebuah studi dari Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health yang menganalisis data IFLS-5 menyebutkan bahwa 16,3% lansia Indonesia mengalami depresi, dengan faktor risiko utama berupa, Ketidakpuasan terhadap hidup, Kondisi ekonomi yang dirasa buruk, Ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari, Penyakit kronis seperti stroke dan gangguan pendengaran.
Beberapa hambatan utama dalam mengatasi gangguan mental pada lansia di Indonesia adalah: