Pesona Kampung Adat Praijing, Menyelami Rumah Traditional Nusa Tenggara Timur

Berlibur di Kampung Adat Praijing.
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/CmBd0m-JPhf/?img_index=1&igsh=YmkzNnJoNzc2cXI4

Budaya, VIVA BaliKampung Adat Praijing di Desa Tebara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, menjadi salah satu destinasi budaya paling memesona di Indonesia. Kawasan ini menyajikan pemandangan deretan rumah tradisional Sumba yang dikenal sebagai Uma Bokulu atau Uma Mbatangu, yang berarti rumah besar atau rumah menara. Keberadaan rumah adat ini bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol hubungan spiritual masyarakat dengan leluhur.

Paduan Mekaret Tradisional Bali, Tri Hita Karana, dan Kebugaran Anak

 

 

Tari Cilinaya, Tarian Bali yang Memancarkan Keceriaan dan Keanggunan

 

Keindahan Arsitektur Uma Bokulu

Upacara Adat Reba, Tradisi Syukur dan Penghormatan Leluhur di Dataran Tinggi Bajawa

 

Uma Bokulu memiliki bentuk panggung dengan atap berundak tinggi menyerupai menara. Struktur ini dibangun menggunakan kayu kokoh sebagai dinding dan daun ilalang atau rumbia sebagai penutup atap. Empat tiang utama menopang bangunan, menciptakan keseimbangan yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sumba.

 

Rumah adat ini terbagi menjadi tiga bagian penting. Lei Bangun, area bawah yang digunakan untuk memelihara hewan ternak. Rongu Uma, ruang tengah yang menjadi pusat aktivitas keluarga. Uma Daluku, bagian puncak atau menara yang berfungsi menyimpan makanan dan pusaka leluhur.

 

 

 

Makna Filosofis dan Simbol Marapu

 

Struktur Uma Bokulu merepresentasikan filosofi hidup masyarakat Sumba yang memuliakan leluhur. Bagian menara dipercaya sebagai tempat tinggal roh Marapu yang mengawasi kehidupan keturunannya. Setiap ruang memiliki fungsi simbolis yang menegaskan hubungan erat manusia dengan alam dan warisan spiritual.

 

 

 

Detail Unik dalam Setiap Rumah

 

Uma Bokulu memiliki pintu khusus bagi laki-laki dan perempuan. Pintu perempuan biasanya berada dekat dapur, sedangkan pintu laki-laki terletak di sisi ruang tamu. Ukiran khas pada pintu menjadi ornamen yang mempercantik sekaligus mempertegas makna sakral bangunan.

 

 

 

Kampung Adat Praijing, Wisata Budaya yang Memikat

 

Praijing dikenal sebagai kampung wisata yang memamerkan 38 rumah adat tradisional Sumba. Dahulu jumlahnya mencapai 42, namun kebakaran pada tahun 2000 menyisakan 38 rumah yang kini dijaga dengan baik. Kampung ini juga dihiasi batu-batu megalitik yang menjadi bukti sejarah panjang budaya megalitikum di Sumba.

 

Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Waikabubak, sehingga mudah dijangkau wisatawan. Tiket masuk Kampung Adat Praijing cukup terjangkau, yakni Rp25.000 per orang. Suasana pedesaan yang tenang serta pemandangan bukit menjadikan tempat ini surga bagi pencinta budaya dan fotografi.

 

 

 

Daya Tarik dan Aktivitas Wisata

 

Pengunjung dapat menyaksikan keunikan arsitektur rumah adat dan merasakan atmosfer sakral yang masih dijaga masyarakat setempat. Wisatawan juga bisa menyewa pakaian adat Sumba seharga Rp50.000 untuk berfoto di puncak bukit dengan latar kampung yang eksotis. Warung kopi dan tempat bersantai tersedia, menghadirkan kenyamanan setelah berkeliling kampung.

 

Bagi penggemar kuliner, sajian lokal khas Sumba siap memanjakan lidah. Selain itu, keindahan alam sekitar menjadi latar sempurna bagi mereka yang ingin mendokumentasikan perjalanan budaya.

 

 

 

Fasilitas yang Mendukung Wisatawan

Kampung Praijing dilengkapi area parkir, toilet umum, tempat sampah, warung makan, hingga sinyal telepon dan internet yang cukup baik. Pengunjung juga dapat membeli kain tenun khas Sumba sebagai suvenir. Selendang tenun berukuran 40 x 170 sentimeter dijual mulai Rp150.000, sementara kain berukuran besar dengan motif rumit dapat mencapai harga jutaan rupiah.