Nyangku Tradisi Merawat Pusaka dan Menjaga Jiwa
- https://unsplash.com/id/foto/lot-aksesori-berwarna-tCuXRpV25Vs
Tradisi, VIVA Bali –Di Panjalu, Kabupaten Ciamis, ada sebuah tradisi tahunan yang penuh makna, yaitu
Upacara Adat Nyangku. Bagi masyarakat setempat, Nyangku bukan sekadar pembersihan benda pusaka leluhur, melainkan juga upaya menjaga kesucian batin dan mempererat ikatan sosial.
Ritual ini biasanya digelar setiap Senin atau Kamis terakhir di bulan Maulid. Benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu, seperti pedang pusaka, diarak dari Bumi Alit menuju
alun-alun, lalu dibersihkan dengan air suci yang sebelumnya diambil dari tujuh mata air. Prosesi disertai doa, sesaji, serta simbol pembersihan menggunakan kain putih, minyak kelapa, hingga jeruk nipis.
Menurut penelitian, Nyangku sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Panjalu dan diwariskan turun-temurun hingga kini. Tradisi ini diyakini berhubungan erat dengan
penghormatan kepada Prabu Sanghyang Borosngora, tokoh yang disebut menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
Lebih dari sekadar ritual, Nyangku juga dianggap sebagai sarana introspeksi. Sesepuh
Panjalu menekankan pentingnya upacara ini sebagai pengingat agar masyarakat menjaga akhlak, melestarikan budaya, serta merawat persaudaraan. Pemerintah daerah pun
mendukung keberlanjutan Nyangku sebagai bagian dari identitas budaya Sunda.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencatat bahwa Nyangku
adalah warisan budaya yang sarat simbol. Air suci dan kain putih bukan sekadar atribut, tetapi melambangkan kesucian serta pembersihan diri. Dengan begitu, upacara ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk merenungkan hubungan antara manusia, leluhur, dan Sang Pencipta.
Hingga kini, setiap kali Nyangku digelar, Lapang Boros Ngora di Panjalu selalu dipadati warga, tokoh adat, hingga wisatawan. Lebih dari sekadar pertunjukan budaya, Nyangku tetap hidup sebagai bagian penting dari spiritualitas dan identitas masyarakat Panjalu.