Tradisi Wor, Warisan Sakral Orang Biak Papua yang Penuh Makna
- https://unsplash.com/id/foto/sekelompok-orang-mengenakan-pakaian-asli-OZKwqCfLmU
Budaya, VIVA Bali – Di tengah arus modernisasi, masyarakat Biak di Papua masih teguh menjaga sebuah tradisi yang sarat makna spiritual dan sosial, yaitu Wor. Bukan sekadar upacara adat, Wor adalah identitas budaya yang menyatukan doa, nyanyian, dan kebersamaan masyarakat Biak dalam setiap fase kehidupan.
Wor memiliki dua makna penting dalam kehidupan orang Biak. Ia bisa merujuk pada nyanyian adat yang diwariskan secara turun-temurun, sekaligus upacara adat yang menyertai berbagai momen penting, seperti kelahiran, pernikahan, hingga kematian.
Menurut situs resmi Kemendikbud Papua, “Wor menjadi medium untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, roh leluhur, dan kekuatan alam. Melalui Wor, masyarakat Biak mengekspresikan doa, syukur, sekaligus permohonan keselamatan.”
Penelitian dari Enos H. Rumansara mencatat bahwa Wor berperan penting dalam menjaga hubungan antarwarga. “Tradisi ini bukan hanya ritual, tetapi juga sarana mempererat solidaritas sosial serta mengukuhkan status sosial seseorang dalam komunitas,” tulis laporan itu.Dengan kata lain, setiap prosesi Wor mengandung makna kolektif—seluruh masyarakat terlibat, saling mendukung, dan merasa memiliki bagian dalam doa maupun perayaan tersebut.
Dalam budaya Biak, terdapat sedikitnya 12 jenis Wor yang mengiringi perjalanan hidup manusia. Misalnya, Fasfesmandwampur sebagai doa perlindungan bagi ibu hamil, Fasasnai yang memperkenalkan bayi kepada dunia, hingga Anmam yang menandai penyapihan anak.
Ketika seseorang beranjak dewasa, Wor Beba diadakan untuk menandai status sosial baru, sedangkan Wor Farbakbuk hadir dalam prosesi pernikahan. Menurut Budaya Indonesia, setiap jenis Wor memiliki “kekuatan simbolik yang merepresentasikan doa agar kehidupan berjalan seimbang dengan alam dan leluhur.”
Selain dalam bentuk upacara, Wor juga diwujudkan melalui nyanyian dan tari-tarian khas Biak. Lagu seperti dow arbur (lagu perlindungan hidup) dinyanyikan untuk memberi kekuatan, sementara dow mamun (lagu kemenangan) dilantunkan saat matahari terbit sebagai tanda syukur.
Kemendikbud mencatat, dalam festival budaya seperti Biak Munara Wampasi, ratusan penari tampil membawakan Tari Wor dengan pakaian adat. Suara tifa dan nyanyian sakral menciptakan suasana magis yang bukan hanya indah, tetapi juga menggetarkan hati.
Hingga kini, Wor masih dijalankan sebagai warisan budaya takbenda yang dijaga ketat oleh masyarakat Biak. Selain memperkuat identitas kultural, tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya Papua yang unik.
Dikutip melalui budaya-indonesia.org “Wor bukan hanya milik masyarakat Biak, tetapi juga bagian dari warisan bangsa yang patut dilestarikan,” demikian ditegaskan dalam publikasi Budaya Indonesia.