Meski Tak Melihat, Yuni Lestari Lahirkan Karya Sastra yang Mumpuni

Peluncuran buku para penulis Bali di Gedung Kerta Sabha, Denpasar
Sumber :
  • Sumber foto: Dok. Humas Pemprov Bali/ VIVA Bali

Buku lainnya lagi adalah ‘Antologi Puisi Sukasada, Tanah, dan Daun-Daun Subur Puisi’ dari Made Edy Arudi. Tak ketinggalan, catatan penting sejarah teater lokal tertuang dalam ‘Sekelumit Sejarah Teater Angin’ yang ditulis secara kolektif oleh tiga perempuan hebat, diantaranya I Gusti Ayu Putu Rasmini, I A. Suniastiti, dan I G. A. Dewi Parwati.

Ny. Putri Koster secara khusus memberikan pujian yang mendalam kepada Yuni. “Adik kita Komang Yuni, walaupun tidak bisa secara langsung melihat dunia, tetapi Ibu yakin keindahan hatinya melebihi itu sehingga tercipta karya sastra yang mampu mencerahkan kita,” ucapnya dengan penuh kekaguman.

Yuni Lestari (kiri) bersama penulis dan sutradara teater Putu Satria

Photo :
  • Sumber foto: Dok. Instagram @komang_yuni_

Kata-kata ini menggambarkan betapa karya Yuni mampu melampaui batasan indrawi dan memberikan perspektif yang unik bagi pembacanya.

Yuni sendiri mengaku tidak pernah menyangka bahwa tulisan-tulisan yang ia ciptakan sejak tahun 2018 untuk kalangan terbatas akhirnya bisa terangkum dalam sebuah buku.

Terinspirasi dari penulis-penulis ternama seperti Dewi Lestari, Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer, dan Eka Kurniawan, Yuni menemukan kebebasan dalam menulis. “Saya menulis sejak 2018 hanya untuk kalangan terbatas. Tak menyangka akhirnya bisa menjadi sebuah buku,” ujarnya.

Baginya, menulis adalah cara untuk mewujudkan imajinasi dan mimpinya. Mengutip Pramoedya Ananta Toer, Yuni menyadari betul pentingnya menulis sebagai jejak keberadaan seseorang dalam masyarakat dan sejarah.