Kain Gringsing Bali Akan Jadi Daya Tarik dalam Pameran Nusawastra Silang Budaya di Jakarta

Kain Gringsing, tenun ikat ganda khas Bali
Sumber :
  • Dok, Quoriena Ginting/ VIVA Bali

Ditenun secara tradisional oleh masyarakat Tenganan, gringsing dianggap sebagai kain bertuah dan sakral, serta dipercaya mampu menolak bala.

Nama gringsing berasal dari kata gring yang artinya sakit, serta sing berarti tidak, sehingga secara harfiah diartikan tidak sakit.

“Teknik ikat ganda gringsing menghasilkan pola simetri yang sempurna, menggambarkan keseimbangan antara alam , manusia dan spiritualitas,” ujar Quoriena yang telah memiliki lebih dari 50 koleksi gringsing dengan beragam motif klasik, seperti sayang kebo, yuda, lubeng, gegonggangan hingga enjekan siap.

Dalam tradisi masyarakat Bali Aga di Tenganan, kain ini digunakan dalam upacara keagamaan potong gigi hingga pernikahan.

Kain gringsing juga tercatat dalam naskah klasik Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca yang menyebutkan tirai kereta Raja Hayam Wuruk terbuat dari kain sakral Bali ini.

Pameran akan dibuka pada Sabtu, 11 Oktober 2025, menghadirkan sejumlah narasumber seperti tokoh batik nasional Siti Maimunah dan Dudung Alie Syahbana.

“Kami ingin kegiatan ini memberi pengalaman langsung bagi peserta yang memahami proses kreatif membatik sekaligus menghidupkan dialog baru tentang bagaimana tradisi bisa tetap relevan di era modern,” ungkap Quoriena.