Benarkah Bulan Suro itu Mistis?

Kirab Budaya Warga Desa Prigi sambut 1 Suro
Sumber :
  • https://infohaji.kemenag.go.id/moderasi-beragama/tradisi-suro-wujud-implementasi-kerukunan-i8bskf

Budaya, VIVA Bali – Bulan Suro atau Muharram dalam kalender Hijriah memiliki makna yang sangat mendalam, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Bulan ini tidak hanya identik dengan awal tahun Islam, tetapi juga dipandang sebagai bulan yang penuh dengan kesakralan, spiritualitas, dan ritual tradisi. Seiring berjalannya waktu, perpaduan antara budaya Islam dan kepercayaan Jawa melahirkan berbagai tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini.

Asal Usul Bulan Suro

Dalam Islam, bulan Muharram adalah salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah. Di Jawa, istilah “Suro” berasal dari Muharram, yang kemudian dipadukan dengan unsur kepercayaan lokal. Masyarakat Jawa percaya bahwa bulan ini bukan waktu untuk bersenang-senang, melainkan untuk merenung, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Tradisi Sakral Bulan Suro

Dilansir dari channer YouTube Invoice Indonesia, bulan Suro selalu identik dengan berbagai ritual adat yang penuh makna spiritual. Beberapa tradisi yang masih dijalankan antara lain:

1. Tirakatan Malam Suro

Tradisi ini dilakukan dengan cara berdoa, membaca wirid, dan renungan batin. Biasanya masyarakat menghindari pesta meriah pada malam 1 Suro, diganti dengan kegiatan spiritual.