3 Fakta Mengejutkan Disleksia yang Wajib Diketahui Orang Tua Sebelum Terlambat
- https://www.freepik.com/free-photo/high-angle-boy-concentrated-reading_7150708.htm
Kesehatan, VIVA Bali – Banyak anak terlihat cerdas, kreatif, dan aktif saat bermain, tetapi mulai menunjukkan kesulitan saat harus membaca atau menulis di sekolah. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai malas belajar, kurang konsentrasi, atau tidak serius. Padahal, bisa jadi anak sedang menunjukkan gejala awal disleksia.
Mengutip informasi dari Siloam Hospitals, disleksia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan anak dalam membaca, mengeja, dan memahami tulisan, meskipun tingkat kecerdasannya normal atau bahkan di atas rata-rata. Karena anak tetap terlihat aktif di luar pelajaran, gejala disleksia sering kali tidak terdeteksi sejak dini.
Jika tidak ditangani dengan pendekatan yang tepat, disleksia pada anak bisa berdampak besar terhadap kepercayaan diri, prestasi akademik, bahkan kesehatan mental. Oleh sebab itu, orang tua perlu memahami kondisi ini lebih dalam agar dapat memberikan dukungan terbaik sejak awal.
Berikut ini 3 fakta penting tentang disleksia yang wajib diketahui orang tua agar tidak salah memahami kondisi anak.
1. Disleksia Bukan Karena Kurang Belajar atau Malas
Anak dengan disleksia memiliki fungsi kognitif yang normal seperti anak-anak lainnya. Disleksia terjadi karena adanya perbedaan cara kerja otak dalam memproses bahasa, terutama dalam hal membaca, menulis, dan mengeja. Dengan strategi belajar yang sesuai, anak dengan disleksia tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kreatif, dan percaya diri.
2. Faktor Genetik Bisa Menjadi Penyebab Utama
Disleksia dapat muncul dalam bentuk kesulitan membaca, mengeja, memahami arah, atau membedakan huruf-huruf tertentu seperti “b” dan “d”. Gejala ini sering kali samar dan baru terlihat saat anak mulai masuk usia sekolah, sehingga kerap terlambat ditangani.
3. Terapi Khusus dan Dukungan Emosional Sangat Dibutuhkan
Disleksia tidak bisa disembuhkan dengan obat, namun bisa ditangani dengan pendekatan yang tepat seperti pelatihan fonetik, metode visual-auditif, serta pendampingan individual. Deteksi dini dan dukungan emosional dari keluarga sangat penting agar anak tidak merasa tertinggal atau kehilangan rasa percaya diri.
Jika kamu mulai melihat tanda-tanda disleksia pada anak, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog anak atau tenaga profesional pendidikan. Penanganan dini bisa membuat perbedaan besar bagi masa depannya.