Mitos dan Fakta Nordic Walking, Benarkah Hanya untuk Lansia?
- https://www.freepik.com/free-photo/elderly-couple-using-trekking-poles_7778172.htm
Kesehatan, VIVA Bali – Setiap kali sebuah tren kebugaran baru muncul, seringkali ia diikuti oleh serangkaian mitos dan kesalahpahaman. Hal yang sama juga terjadi pada Nordic walking. Meskipun sangat populer di Eropa, di Indonesia olahraga ini masih seringkali dipandang dengan sebelah mata, diiringi oleh anggapan-anggapan yang tidak sepenuhnya benar.
Mulai dari anggapan bahwa ini adalah olahraga yang terlalu ringan, tidak ada bedanya dengan jalan kaki biasa, hingga mitos yang paling umum bahwa Nordic walking adalah olahraga yang diperuntukkan bagi lansia. Padahal, faktanya jauh lebih menarik dari itu.
Mari kita bedah beberapa mitos Nordic walking yang paling umum dan meluruskannya dengan fakta dari para ahli dan komunitas globalnya.
Mitos 1, Nordic Walking Terlalu Ringan, Tidak Efektif untuk Bakar Lemak
Banyak orang mengira karena terlihat santai, Nordic walking tidak cukup intens untuk dijadikan olahraga pembakar lemak. Ini adalah kesalahpahaman terbesar. Seperti yang diulas oleh berbagai media kesehatan internasional, termasuk Women's Health Magazine, Nordic walking adalah latihan pembakar kalori yang sangat efektif. Gerakan mendorong tongkat secara aktif melibatkan otot tubuh bagian atas yang meningkatkan detak jantung dan konsumsi oksigen secara signifikan.
Beberapa studi bahkan menunjukkan Nordic walking bisa membakar kalori 20-40% lebih banyak daripada berjalan dengan kecepatan yang sama. Kuncinya adalah intensitas yang bisa dipertahankan dalam durasi yang lebih lama dibandingkan lari atau jogging.
Mitos 2, Ini Sama Saja dengan Jalan Kaki Biasa Pakai Tongkat
Banyak yang berpikir asal memegang dua tongkat saat berjalan sudah bisa disebut Nordic walking. Teknik adalah segalanya. Nordic walking menggunakan gerakan dan tongkat yang sangat spesifik untuk propulsi atau daya dorong, bukan untuk menopang. Tongkatnya pun berbeda, dengan tali pergelangan tangan khusus yang memungkinkan teknik "release and grip".
Dilansir dari situs seperti ProXCskiing yang meliput olahraga ketahanan, menguasai teknik yang benar adalah kunci untuk mendapatkan manfaat latihan seluruh tubuh. Tanpa teknik yang tepat, Anda memang hanya berjalan kaki biasa sambil membawa tongkat.
Mitos 3, Nordic Walking Hanya Cocok untuk Orang Tua atau Rehabilitasi
Ini adalah mitos yang paling melekat. Karena sifatnya yang berdampak rendah pada sendi, banyak yang menganggap ini adalah olahraga yang "kurang menantang" dan hanya cocok untuk lansia. Meskipun sangat ideal untuk lansia, fakta Nordic walking menunjukkan bahwa ini adalah olahraga semua usia dan cocok untuk berbagai tingkat kebugaran. Bukti paling kuat adalah adanya kejuaraan Nordic walking tingkat dunia yang diadakan secara rutin.
Selain itu, ada pula liga kompetitif seperti Nordic Walking World League, yang memiliki sistem peringkat resmi untuk berbagai kelompok umur, mulai dari usia 20-an, 30-an, 40-an, dan seterusnya. Ini membuktikan bahwa Nordic walking adalah cabang olahraga serius dan pilihan yang tepat untuk mendukung gaya hidup aktif bagi siapa saja, termasuk para atlet muda di seluruh dunia.
Mitos 4, Saya Butuh Gunung atau Medan Alam untuk Melakukannya
Citra orang berjalan dengan tongkat seringkali dihubungkan dengan aktivitas mendaki gunung. Nordic walking justru dirancang untuk bisa dilakukan di mana saja. Ujung tongkatnya yang dilengkapi "sepatu karet" (rubber paw) sangat ideal untuk permukaan datar seperti trotoar, trek lari di taman kota, atau bahkan jalanan aspal di sekitar komplek perumahan. Anda tidak perlu menunggu akhir pekan untuk pergi ke alam bebas, olahraga ini bisa menjadi bagian dari rutinitas harian Anda.