Menggali Tren Plant Based Diet, Gaya Hidup Sehat atau Sekadar Tren?

Warna-warni kesegaran dalam semangkuk salad
Sumber :
  • https://pixabay.com/photos/salad-greek-salad-feta-food-plate-5904093/

Bahkan, studi dokumenter Netflix berjudul "You Are What You Eat: A Twin Experiment" mengungkap bahwa dalam 8 minggu, diet nabati mampu menurunkan kolesterol, berat badan, dan kadar insulin lebih efektif dibanding diet campuran.

Tantangan dan Risiko PlantBased Diet

Meskipun banyak manfaat, diet plantbased juga membutuhkan perhatian:

Mikronutrien esensial: Vegetarian, terutama vegan, berisiko mengalami kekurangan beberapa mikronutrien esensial seperti vitamin B12, kalsium, zat besi, serta asam lemak omega-3 DHA dan EPA. Hal ini disebabkan karena nutrisi-nutrisi tersebut umumnya lebih banyak ditemukan dalam produk hewani, sehingga konsumsi suplemen dan makanan yang difortifikasi sangat dianjurkan untuk mencegah defisiensi dan menjaga kesehatan optimal. Tanpa pengelolaan yang tepat, kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia, gangguan saraf, dan masalah kesehatan lainnya, sementara kurangnya kalsium dan vitamin D berisiko menurunkan kepadatan tulang. Oleh karena itu, bagi yang menjalani pola makan berbasis tanaman, perhatian ekstra terhadap asupan mikronutrien ini sangat penting, termasuk konsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan baik.

UltraProcessed Foods (UPF): Produk nabati ultraproses seperti nugget vegan, burger nabati, atau minuman kemasan justru dikaitkan dengan peningkatan 12 % risiko kematian akibat penyakit jantung dan 5 % risiko penyakit kardiovaskular . Studi dari UK Biobank menunjukkan, setiap 10 % kenaikan konsumsi UPF plantbased berasosiasi dengan peningkatan kematian dini 12 %.

Kesehatan mental: Sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan oleh University of Surrey (UK), yang diterbitkan di jurnal Food Frontiers pada 17 Desember 2024.menemukan konsumen alternatif daging nabati (PBMA) memiliki risiko depresi 42 % lebih tinggi, kemungkinan akibat produktivitas tinggi dari faktor pemrosesan dan inflamasi.

Apakah diet berbasis tanaman ini benar-benar gaya hidup sehat atau sekadar tren sesaat? Jawabannya cukup kompleks. Jika dijalankan dengan bijak—mengutamakan makanan minim proses yang kaya sayuran, buah, biji-bijian, legum, serta suplemen mikronutrien—diet ini bisa menjadi pilihan gaya hidup sehat jangka panjang. Namun, jika hanya berfokus pada produk pengganti hewani ultra-proses seperti nugget vegan, burger nabati, atau sosis nabati, maka ini lebih cenderung menjadi tren semu yang berpotensi membawa risiko kesehatan. Di Indonesia, tren ini semakin menguat dengan lonjakan jumlah restoran vegetarian/vegan dari sekitar 50 pada 1998 menjadi lebih dari 3.000 pada 2025, serta diperkirakan ada sekitar 3 juta vegetarian. Dampaknya pun sudah terasa luas, tidak hanya di sektor bisnis dan kuliner, tetapi juga dalam diplomasi budaya.