Kebo-Keboan Banyuwangi, Tradisi Para Petani untuk Menjaga Kesuburan
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Kebo-keboan_Alasmalang,_Banyuwangi._07.jpg
Tradisi, VIVA Bali –Di Banyuwangi, Jawa Timur, ada sebuah tradisi yang unik sekaligus sakral bernama Kebo-Keboan. Ritual ini dilakukan setiap bulan Suro oleh masyarakat Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. Seperti namanya, tradisi ini menghadirkan warga yang berdandan menyerupai kerbau, dengan tubuh dihitamkan menggunakan oli atau arang, serta mengenakan tanduk buatan. Sekilas terlihat sebagai pertunjukan meriah, namun sebenarnya Kebo-Keboan penuh dengan makna spiritual dan kearifan lokal.
Kebo-Keboan sudah diwariskan turun-temurun sejak abad ke-18 dan hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Using, suku asli Banyuwangi. Dalam pelaksanaannya, warga yang berperan sebagai “kebo” akan berkeliling desa sambil membajak sawah secara simbolis. Mereka sering kali bertingkah seperti kerbau sungguhan, mulai dari cara berjalan hingga suara lenguhan. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal PENEROKA, peran kerbau di sini tidak hanya sebagai simbol hewan pekerja, tetapi juga sebagai lambang kesuburan dan penghubung antara manusia dengan alam.
Makna utama dari tradisi ini adalah doa untuk kesuburan tanah dan keselamatan warga desa. Warga percaya, dengan menggelar Kebo-Keboan, mereka bisa menolak bala dan menjaga hasil panen tetap melimpah. Para petani merasa lebih tenang karena yakin ritual ini akan membawa berkah. Seperti yang dipaparkan dalam penelitian, Kebo-Keboan berfungsi sebagai “ungkapan rasa syukur sekaligus ikhtiar spiritual agar terhindar dari gangguan yang bisa merusak kehidupan masyarakat.”
Selain aspek spiritual, Kebo-Keboan juga memuat nilai sosial yang sangat kuat. Ritual ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua, yang bersama-sama mempersiapkan prosesi. Gotong-royong terasa nyata, mulai dari menyiapkan peralatan, mendandani para “kebo”, hingga mengatur jalannya upacara. Hal ini memperkuat ikatan sosial dan meneguhkan rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Menariknya, ada juga dimensi hiburan dalam tradisi ini. Bagi warga luar desa atau wisatawan, Kebo-Keboan menjadi tontonan yang unik dan atraktif. Namun, bagi masyarakat Banyuwangi sendiri, esensi tradisi ini jauh lebih dalam. Ritual ini adalah pengingat akan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Seiring perkembangan zaman, Kebo-Keboan memang mulai dilihat sebagai daya tarik wisata budaya. Meski begitu, masyarakat tetap menjaga agar makna sakralnya tidak luntur. Upacara ini tidak pernah dilakukan hanya untuk hiburan, melainkan selalu berlandaskan doa dan niat tulus untuk menjaga keseimbangan hidup.
Tradisi Kebo-Keboan menunjukkan bagaimana warisan leluhur masih relevan hingga kini. Di tengah modernitas, masyarakat Banyuwangi tetap setia pada kearifan lokal yang menekankan rasa syukur, gotong royong, dan harmoni dengan alam. Sebuah ritual sederhana, namun dengan makna yang begitu mendalam bagi kehidupan bersama.