Sekala Niskala, Dua Dunia dalam Kehidupan Bali

Canang Sari: pukulan estetika dan nuansa ritual yang melibatkan energi
Sumber :
  • https://www.baliholidaysecrets.com/wp-content/uploads/2025/03/Canang-Sari-Balinese-Offerings.jpg

Arsitektur Asta Kosala Kosali

Konsep Asta Kosala Kosali dalam arsitektur tradisional Bali adalah bukti lain bagaimana sekala-niskala menyatu. Tata letak bangunan di pekarangan rumah diatur sedemikian rupa berdasarkan filosofi kosmologis dan proporsi manusia. Sebagai contoh, bagian depan bangunan (arah timur atau disebut hulu) selalu dibuat lebih tinggi dan dikhususkan sebagai pura keluarga (merajan), karena dipercaya paling dekat dengan sumber energi positif.

Sementara, dapur dan lumbung diletakkan di arah tertentu sesuai posisi Dewa Api dan Dewa Air. Seluruh ukuran bangunan luas bale, tinggi gapura, dan susunan ruang diukur proporsional menurut skala tubuh pemilik. Jika rumah dibangun sesuai Asta Kosala Kosali (dengan upacara adat dan hari baik), dipercayai kehidupan penghuninya akan seimbang lahir-batin. Desain seperti ini menggarisbawahi keyakinan Bali bahwa tubuh manusia (sekala) dan energi ruang di sekitarnya (niskala) harus selaras.

Keharmonisan Sehari-hari

Dengan demikian, keseharian orang Bali selalu melibatkan dua dunia tersebut. Apa yang tampak sederhana meletakkan canang sari, menata bangunan rumah, atau merawat pusaka sesungguhnya mengandung makna spiritual mendalam. Melalui kesadaran akan sekala dan niskala, masyarakat Bali meyakini harmoni lahir batin terjaga. Ritual dan tradisi yang tampak “sakral” itu menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari, membentuk pandangan hidup di mana yang nyata dan tak nyata saling berpadu.