Menelusuri Jejak Kolonial, Wisata Peninggalan Belanda di Tanah Borneo

Kolam Belanda Kalimantan Selatan
Sumber :
  • https://si-praswita.banjarkab.go.id/detail-destinasi2.php?id=182

Di ibu kota provinsi, Banjarmasin, jejak kolonial Belanda lebih terlihat pada bangunan komersial dan militer yang terintegrasi dengan alur sungai. Salah satu bukti militer yang masih tersisa adalah Meriam Fort Tatas, yang dulunya merupakan bagian dari benteng pertahanan Belanda yang penting di wilayah tersebut. Selain itu, sepanjang tepian Sungai Martapura masih berdiri beberapa bangunan tua. Salah satu yang paling menonjol adalah Gedung NV Handel Maatschappij Oentjeng, yang berarsitektur khas kolonial. Gedung ini dulunya adalah kantor perusahaan ekspor impor hasil bumi seperti karet, rotan, dan damar, yang merupakan komoditas utama Kalimantan yang diburu Belanda, mencerminkan peran Banjarmasin sebagai pusat perdagangan regional.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende NTT Jejak Wisata Sejarah Sang Proklamator

Kalimantan Timur,  Warisan Arsitektur Minyak dan Perdagangan

4. Rumah Dahor (Balikpapan)

Banda Neira Permata Sejarah dan Surga Tersembunyi di Indonesia Timur

Kota Balikpapan, yang dikenal sebagai "Kota Minyak," menyimpan jejak kolonial yang sangat terkait dengan industri minyak. Rumah Dahor adalah kompleks rumah panggung kayu yang dibangun oleh kolonial Belanda sekitar tahun 1900-an. Rumah-rumah ini awalnya difungsikan sebagai perumahan atau kantor bagi pegawai perusahaan minyak. Arsitekturnya berbentuk panggung untuk beradaptasi dengan kondisi geografis pesisir Balikpapan kala itu. Saat ini, salah satu Rumah Dahor telah dijadikan museum dan cagar budaya. Mengunjungi rumah ini memberikan wawasan tentang gaya hidup dan operasional perusahaan minyak Belanda, sekaligus menjadi saksi bisu Balikpapan sebagai basis utama Sekutu pada masa Perang Dunia II.

5. Eks Bangunan Kolonial Teluk Bayur (Berau)

Berani Coba? Ini 3 Tempat Wisata Horor di Semarang Edisi Rayakan Halloween!

Kecamatan Teluk Bayur di Kabupaten Berau sempat menjadi pusat perdagangan yang jauh lebih maju dari Tanjung Redeb (ibu kota Berau saat itu) berkat kehadiran perusahaan-perusahaan Belanda. Sisa-sisa bangunan bekas kantor dan perumahan kolonial masih dapat ditemukan di kawasan ini. Daerah ini menawarkan potensi wisata sejarah yang bercerita tentang eksploitasi hasil hutan dan komoditas lainnya oleh kolonial Belanda. Upaya revitalisasi situs-situs ini sedang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menjadikannya museum dan pusat edukasi, memastikan bahwa kisah tentang kejayaan masa lalu di Teluk Bayur tetap terawat.

Kalimantan Barat,  Kolonialisme di Garis Khatulistiwa

Halaman Selanjutnya
img_title