Menyelami Kekayaan Satwa Endemik Pulau Dewata
- Sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/burung-putih-dengan-pita-mata-biru-jalak-bali-gm1477156298-505859509
Wisata, VIVA Bali –Di balik lanskap sawah yang menghijau dan pura-pura megah yang menjulang, Pulau Bali menyimpan dunia lain yang tak kalah memikat: dunia fauna khas yang hidup berdampingan dalam harmoni dengan alam dan budaya. Satwa-satwa ini bukan hanya bagian dari ekosistem, melainkan juga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Bali. Dari hutan lebat Taman Nasional Bali Barat hingga lautan biru di sekitar Nusa Penida, setiap sudut pulau ini menyimpan kehidupan yang mengagumkan.
Jalak Bali
Salah satu ikon fauna Bali yang paling dikenal adalah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), burung putih elegan dengan mata biru dan suara nyaring yang menghuni hutan bagian barat pulau. Burung ini pertama kali dideskripsikan oleh Walter Rothschild pada 1911, dan kini menjadi simbol upaya konservasi satwa liar di Indonesia. Habitat alaminya hanya terdapat di kawasan Taman Nasional Bali Barat, menjadikannya spesies endemik sejati (BirdLife International, 2023).
Namun, popularitasnya juga menjadi kutukan, perburuan dan perdagangan ilegal sempat menurunkan populasinya hingga tinggal belasan ekor di alam pada awal tahun 2000-an. Kini, berkat program penangkaran dan pelepasliaran oleh pemerintah dan lembaga konservasi, jumlahnya perlahan meningkat meski masih berada dalam status kritis menurut IUCN Red List.
Rusa Timor
Menjelajah lebih jauh ke daratan, kita akan menemukan Rusa Timor (Rusa timorensis), penghuni alami savana kering di wilayah barat Bali. Tubuhnya ramping, warna bulunya coklat kusam, dan pejantan memiliki tanduk bercabang yang khas.
Rusa ini hidup secara berkelompok dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan membantu penyebaran biji tumbuhan. Sayangnya, keberadaannya semakin jarang dijumpai karena perburuan liar dan alih fungsi lahan hutan menjadi kebun atau kawasan wisata (Taman Nasional Bali Barat, 2023).
Lutung Budeng
Lutung Budeng, salah satu satwa endemik Bali
- Sumber: i stock https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=lutung+budeng
Di kawasan pegunungan utara, terutama di sekitar Danau Tamblingan dan hutan lindung Munduk, hidup sekelompok primata berwarna hitam pekat dengan ekor panjang dan gerakan lincah di pepohonan tinggi. Inilah Lutung Budeng (Trachypithecus auratus), primata pemalu yang hanya sesekali terlihat oleh pendaki atau warga lokal.
Lutung ini hidup dalam kelompok kecil dan memakan daun serta buah hutan. Keberadaannya dianggap penting oleh masyarakat adat Bali karena dipercaya sebagai penjaga hutan yang berkaitan dengan dunia spiritual. Suara mereka yang khas sering disebut sebagai "bisikan hutan" dalam cerita rakyat.
Ayam Cemani Bali
Tidak semua hewan khas Bali hidup di alam liar tanpa campur tangan manusia. Ayam Cemani Bali, misalnya, adalah jenis unggas berwarna hitam legam dari ujung kepala hingga organ dalamnya. Warna hitam ini bukan sekadar anomali genetika, tetapi dipercaya membawa kekuatan magis.
Dalam berbagai upacara adat Bali seperti Caru Rsi Gana atau Panca Wali Krama, ayam ini dijadikan persembahan untuk menolak bala atau sebagai pelindung spiritual (Babad Bali, 2021). Ayam Cemani Bali bukan sekadar hewan ternak, tetapi bagian dari warisan budaya yang diwariskan turun-temurun.
Kupu-kupu Sayap Burung
Menjelajahi alam tropis Bali tidak lengkap tanpa memperhatikan keindahan serangga bersayap yang menari di antara bunga-bunga liar. Kupu-kupu Troides helena atau kupu-kupu sayap burung adalah contoh yang paling mencolok.
Dengan sayap hitam dan kuning cerah serta ukuran yang lebar, kupu-kupu ini sering dijumpai di hutan-hutan sekitar Bedugul dan Ubud. Ia bukan hanya pemanis pemandangan, tetapi juga penyerbuk yang penting dalam ekosistem hutan hujan tropis (WWF Indonesia, 2023).
Kijang Bali
Tak jauh dari perbukitan, di balik semak belukar dan suara gemericik sungai, sering kali terdengar langkah ringan kijang (Muntiacus muntjak), mamalia pemalu dengan tanduk kecil dan gigi taring unik pada jantan.
Hewan ini masih bisa ditemui di wilayah Pupuan dan Tabanan, meski populasinya terus menyusut akibat fragmentasi habitat (BRIN, 2023). Suaranya yang menyerupai anjing menggonggong menjadi sinyal khas yang mengingatkan bahwa hutan Bali masih menyimpan kehidupan liar yang tersembunyi.
Penyu Hijau
Namun, kekayaan fauna Bali tidak hanya terbatas pada daratan. Perairan di sekitar pulau ini juga menyimpan keajaiban yang luar biasa. Di pantai-pantai seperti Serangan dan Kuta, penyu hijau (Chelonia mydas) secara rutin kembali ke tempat mereka menetas puluhan tahun lalu untuk bertelur. Ritual alami ini terganggu oleh aktivitas manusia, namun berbagai organisasi lokal seperti Turtle Conservation and Education Center terus bekerja keras untuk menjaga keberlangsungan hidup satwa laut ini melalui edukasi dan rehabilitasi (baliseaturtle.org, 2024).
Ikan Napoleon
Lebih ke dalam laut, di kawasan penyelaman populer seperti Tulamben dan Nusa Penida, terdapat spesies langka bernama ikan napoleon (Cheilinus undulatus). Dengan tubuh besar dan warna-warni mencolok, ikan ini menjadi incaran para penyelam profesional dari seluruh dunia.
Sayangnya, karena menjadi komoditas mewah di pasar internasional, statusnya kini masuk dalam kategori terancam punah menurut IUCN (WWF Indonesia, 2023). Upaya perlindungan dilakukan melalui pembatasan tangkapan dan perlindungan kawasan terumbu karang.
Ikan Mola-mola
Masih di wilayah perairan Nusa Penida, dari bulan Juli hingga Oktober, pengunjung berkesempatan melihat makhluk raksasa yang nyaris mistis, yaitu ikan mola-mola atau sunfish. Bentuknya bulat pipih dengan bobot yang bisa mencapai lebih dari satu ton. Ikan ini naik ke permukaan laut untuk dibersihkan oleh ikan kecil dalam simbiosis mutualisme yang langka. Fenomena ini menjadikan Bali sebagai salah satu dari sedikit tempat di dunia di mana interaksi langsung dengan mola-mola bisa terjadi (Coral Triangle Center, 2023).
Ikan Duyung
Legenda tentang putri duyung pun seakan menjadi nyata ketika para peneliti melihat duyung (Dugong dugon) di perairan utara Bali. Mamalia laut ini hidup di padang lamun dangkal dan terkenal karena sifat lembut dan pergerakan lambatnya. Namun populasinya sangat sedikit, dan ancaman dari pembangunan pelabuhan, pencemaran laut, serta hilangnya padang lamun membuatnya semakin sulit ditemukan (BRIN & WWF Indonesia, 2023).
Semua kehidupan ini, dari burung kecil di puncak pohon hingga ikan besar di kedalaman laut adalah bagian dari jalinan ekosistem Bali yang rapuh namun menakjubkan. Mereka tak hanya memberi warna pada alam Bali, tetapi juga menjadi bagian dari jiwa pulau itu sendiri. Sayangnya, ancaman dari pembangunan yang tidak berkelanjutan, perubahan iklim, serta rendahnya kesadaran konservasi telah menempatkan banyak spesies ini di ambang kepunahan.
Laporan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2023 menyebutkan bahwa lebih dari 40 persen spesies endemik Bali mengalami penyusutan habitat drastis dalam dua dekade terakhir.
Pelestarian fauna khas Bali bukan hanya soal menyelamatkan spesies dari kepunahan, tetapi juga menjaga warisan budaya dan spiritual masyarakat. Karena bagi orang Bali, manusia tidak hidup sendiri. Mereka hidup berdampingan dengan alam, dengan roh, dan dengan setiap makhluk yang menghirup udara atau berenang di laut Bali.