Meracik Kenangan di Bali, Tren Workshop Parfum Jadi Pilihan Wisata Baru
- https://www.pexels.com/photo/a-man-holding-a-dropper-8450122/
Wisata, VIVA Bali – Saat berbicara tentang oleh-oleh dari Bali, yang terlintas di benak biasanya adalah kain tradisional, kerajinan perak, atau makanan ringan khas pulau ini. Namun, seiring berkembangnya tren pariwisata pengalaman (experiential tourism), muncul sebuah alternatif suvenir yang jauh lebih personal dan tak terlupakan, yaitu parfum yang diracik sendiri.
Kini, salah satu aktivitas wisata Bali yang sedang naik daun adalah mengikuti workshop atau kelas membuat parfum. Wisatawan tidak lagi hanya membeli wewangian, tetapi diundang untuk terlibat langsung dalam proses kreatif, menciptakan aroma unik yang akan menjadi penanda kenangan liburan mereka. Fenomena ini mencerminkan pergeseran gaya hidup kreatif, di mana pengalaman menjadi lebih berharga daripada sekadar barang.
Ini adalah tren wisata Bali yang menawarkan sesuatu yang berbeda, sebuah cara baru untuk membawa pulang esensi Pulau Dewata yang terperangkap di dalam sebuah botol.
Apa Itu Workshop Parfum? Lebih dari Sekadar Belanja
Secara sederhana, workshop parfum adalah sebuah sesi terpandu di mana peserta diajarkan dasar-dasar ilmu meracik wewangian (perfumery). Ini bukanlah proses yang rumit dan ditujukan untuk para ahli, melainkan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan edukatif bagi siapa saja.
Berdasarkan informasi dari berbagai penyelenggara seperti L'Atelier Parfums et Créations, sesi ini biasanya dimulai dengan konsultasi singkat untuk memahami preferensi aroma peserta. Kemudian, seorang ahli parfum akan memperkenalkan berbagai jenis esens atau bibit wangi, yang jumlahnya bisa mencapai puluhan. Peserta akan belajar tentang struktur sebuah parfum, yaitu top notes (aroma pertama yang tercium), middle notes (jantung dari parfum), dan base notes (aroma yang paling tahan lama).
Setelah itu, proses kreatif pun dimulai. Dengan bimbingan, peserta akan meneteskan, mencampur, dan menyeimbangkan berbagai esens, banyak di antaranya merupakan ekstrak dari bunga dan rempah-rempah khas Indonesia. Hasil akhirnya adalah sebotol parfum 30ml (atau ukuran lain) yang sepenuhnya orisinal, lengkap dengan nama dan formula yang bisa dicatat untuk dibuat kembali di masa depan.
Menjamurnya Studio Kreatif di Berbagai Kawasan
Meningkatnya minat terhadap workshop parfum Bali membuat semakin banyak studio kreatif dan bahkan hotel besar yang menawarkan pengalaman ini. Salah satu pelopor yang paling dikenal adalah L'Atelier Parfums et Créations. Dengan studio yang berlokasi di beberapa tempat, mereka menawarkan sesi intensif di mana peserta bisa bereksperimen dengan puluhan bahan baku berkualitas untuk menciptakan parfum pribadi mereka.
Selain itu, muncul pula pemain-pemain lain dengan konsep yang unik, seperti Scentsory Lab Bali. Mereka menawarkan pengalaman serupa dengan sentuhan yang mungkin berbeda, memberikan lebih banyak pilihan bagi para wisatawan. Tren ini terbukti semakin kuat ketika jaringan hotel internasional sekelas Marriott pun secara resmi menawarkannya sebagai salah satu aktivitas unggulan. Melalui portal aktivitasnya, Marriott memfasilitasi tamu untuk mengikuti kelas meracik parfum, menunjukkan bahwa ini bukan lagi aktivitas niche, melainkan sudah menjadi bagian dari layanan pariwisata premium.
Mengapa Tren Ini Begitu Diminati?
Ada beberapa alasan mengapa aktivitas meracik parfum ini begitu digemari oleh wisatawan modern. Pertama adalah faktor personalisasi. Di era produk massal, memiliki sesuatu yang dibuat khusus untuk diri sendiri adalah sebuah kemewahan. Parfum racikan pribadi adalah souvenir khas Bali yang paling personal.
Kedua, nilai pengalaman. Generasi wisatawan masa kini cenderung lebih menghargai pengalaman daripada sekadar memiliki barang. Proses belajar, mencium berbagai aroma, dan merasakan kepuasan menciptakan sesuatu dengan tangan sendiri adalah pengalaman yang jauh lebih berkesan daripada hanya membeli produk jadi di toko.
Terakhir, adanya koneksi budaya. Banyak workshop secara khusus menonjolkan bahan-baku asli Indonesia seperti aroma bunga kamboja, cempaka, kenanga, atau rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Ini memungkinkan wisatawan untuk terhubung dengan kekayaan flora dan budaya Indonesia melalui indra penciuman.