Mengenal Keunikan Tradisi Pemakaman Terbuka di Desa Trunyan
- http://balilostadventure.com/
Wisata, VIVA Bali –Desa Trunyan yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, bukan hanya terkenal karena pemandangannya yang memukau di tepi Danau Batur, tetapi juga karena warisan budayanya yang langka dan masih dijaga ketat hingga kini. Salah satu tradisi paling menarik dan penuh misteri dari desa ini adalah tradisi pemakaman tanpa mengubur, yang tak ditemukan di tempat lain di Bali maupun di Indonesia.
Keunikan Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan
Alih-alih membakar atau menguburkan jenazah seperti praktik Hindu Bali pada umumnya, masyarakat Trunyan yang merupakan bagian dari komunitas Bali Aga atau Bali Mula memilih untuk meletakkan jenazah begitu saja di atas tanah dalam kawasan pemakaman khusus di bawah pohon besar yang disebut Taru Menyan. Jenazah hanya dibaringkan dan ditutup dengan kain kafan, kemudian dilindungi oleh ancak saji (semacam kurungan bambu) agar tidak diusik oleh hewan liar.
Yang menakjubkan, meskipun jenazah dibiarkan terbuka dan membusuk secara alami, kawasan tersebut tidak berbau busuk. Hal ini diyakini karena pohon Taru Menyan mengeluarkan aroma harum yang kuat dan khas, yang menetralisir bau tubuh yang membusuk. Inilah yang menjadi asal nama desa: dari kata ‘Taru’ (pohon) dan ‘Menyan’ (wangi), menjadi Trunyan.
Pohon Taru Menyan, pohon keramat penetral bau
- https://ichef.bbci.co.uk/images/ic/1376xn/p03xhtnl.jpg.webp
Mengembalikan Tubuh ke Alam
Prosesi pemakaman di Trunyan berlangsung dengan sakral. Jenazah hanya boleh dimakamkan di area khusus bernama Sema Wayah jika memenuhi syarat, yaitu meninggal secara wajar dan telah menikah. Setelah tubuh membusuk hingga menyisakan tulang, tengkorak kepala akan dipindahkan ke rak batu khusus yang berjajar di sepanjang tebing sebagai bentuk penghormatan terakhir.