Tiket MotoGP Mandalika Laris, Sekda Lombok Timur Ungkap Tantangan Homestay

Sekda Lotim. H. M. Juaini Taofik
Sumber :
  • Amrullah/VIVA Bali

Lombok Timur, VIVA Bali – Dua hari menjelang MotoGP Mandalika 2025, antusiasme warga Lombok Timur untuk menyaksikan ajang balap internasional itu terlihat tinggi. Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Timur, Juaini Taufiq, menyebut dari 2.000 tiket yang dipromosikan Pemkab, 1.800 lembar sudah laku terjual.

MotoGP Mandalika Tak Dongkrak Hotel Tetebatu, Tamu Tetap Ramai

Juaini mengaku awalnya sempat ragu, sebab distribusi baru dimulai awal pekan ini. Namun, perkembangan penjualan membuatnya optimistis sisa tiket segera habis.

“Alhamdulillah responsnya bagus, saya yakin sisanya akan terjual hari ini,” ujar Juaini. Kamis 02 Oktober 2025.

Sekda Lotim Prihatin 8 Damkar Jadi Korban Kecelakaan, Satu Petugas Jalani Amputasi

Ia menegaskan pembelian tiket tidak bersifat wajib bagi ASN, melainkan bentuk dukungan terhadap promosi. Tiket dijual seharga Rp400 ribu khusus untuk aparatur, sedikit lebih murah dibanding harga subsidi warga NTB sebesar Rp450 ribu.

Selain ASN, Pemkab juga menggandeng kalangan pengusaha untuk ikut menyukseskan pemasaran tiket. 

Mobil Damkar Lotim Terguling di Depan PTC Pancor, Sejumlah Petugas Luka-Luka

“Kami komunikasi dengan pemilik hotel, pelaku tembakau, dan sejumlah pengusaha lokal,” katanya,

Meski tidak sebesar tahun lalu, Lombok Timur tetap mengambil peran dalam penyelenggaraan MotoGP. Kali ini jumlah UMKM yang dilibatkan hanya 15–20 unit. Kebijakan itu, jelas Juaini, merupakan strategi Pemprov NTB agar keterlibatan pelaku usaha kecil dari kabupaten/kota bisa lebih merata.

Juaini menilai dampak terbesar MotoGP tetap mengalir ke sektor penopang ekonomi, mulai dari suplai hortikultura, kebutuhan logistik, hingga tenaga kerja. 

“Kontribusi Lombok Timur signifikan, terutama sebagai daerah penyangga,” ucapnya.

Namun, untuk pariwisata, efeknya belum sepenuhnya terasa. Beberapa destinasi seperti Tetebatu dan Kembang Kuning memang kebagian tamu, tetapi jumlahnya tidak sebanyak ekspektasi. Salah satu kendala adalah preferensi wisatawan yang lebih menyukai penginapan berfasilitas lobi ketimbang homestay.

“Mereka senang kalau ada ruang kumpul. Sedangkan di Lombok Timur, rata-rata penginapannya masih berupa homestay,” kata Juaini.

Ia menekankan, MotoGP harus dipandang sebagai ajang promosi jangka panjang. Harapannya, wisatawan tidak hanya datang saat balapan, tetapi juga kembali bersama keluarga untuk berlibur.

“Yang penting pengalaman mereka sesuai ekspektasi, jangan hanya bagus di media sosial tapi tidak nyata di lapangan,” tegasnya.

ia optimisme bahwa keramahan warga akan meninggalkan kesan mendalam. Ia berharap pengalaman positif itu bisa menjadi alasan wisatawan kembali ke Lombok Timur di kemudian hari.