Banjir Bali Tak Ganggu Harga, September Justru Deflasi
- https://www.antaranews.com/berita/5146637/bps-bali-banjir-september-tak-pengaruhi-pergerakan-harga-barang
Denpasar, VIVA Bali –Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyampaikan bahwa banjir besar yang terjadi pada September 2025 tidak berdampak pada pergerakan harga barang di wilayah Bali.
Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan, dalam keterangannya di Denpasar pada Rabu, 1 Oktober 2025 mengatakan, secara keseluruhan Bali mencatat deflasi bulan ke bulan sebesar 0,01 persen pada September 2025.
“Kalau dari sisi pergerakan harga-harga, tidak ada pengaruh karena secara umum terjadi deflasi, karena relatif cepat banjir 2 hari dan di hari ketiga orang masih bisa mengkonsumsi, masih bisa belanja, barang masih lancar, distribusi tidak ada yang terganggu,” kata Hermawan. Seperti yang dilansir dari antaranews.com.
Deflasi pada September dibandingkan Agustus tersebut menandai bulan ketiga berturut-turut Bali mengalami penurunan harga.
Jika ditelusuri penyebabnya, deflasi terutama dipicu oleh dua kelompok pengeluaran terbesar, yaitu Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan deflasi 0,32 persen dan sumbangan 0,1 persen, serta Kelompok Transportasi yang mencatat deflasi 0,4 persen dengan sumbangan 0,04 persen terhadap total deflasi.
“Jadi dari 11 kelompok pengeluaran, dua ini paling deflasi, dan ada Kelompok Pendidikan yang mencatat sumbangan inflasi 0,03 persen,” kata Agus Gede.
Dilihat dari komoditas, penyumbang deflasi tertinggi sepanjang September 2025 adalah bawang merah sebesar 0,21 persen, diikuti tomat 0,08 persen, angkutan udara 0,04 persen, daging babi 0,04 persen, bawang putih 0,02 persen, dan cabai rawit 0,02 persen. Kondisi ini bukan akibat banjir, melainkan karena panen raya serentak.
“Secara umum September yang lalu harga-harga masih mengalami penurunan, penurunan harga komoditas hortikultura karena ada panen raya,” ucap Agus Gede.
Meski secara umum harga turun hingga memicu deflasi, sejumlah komoditas tetap mencatat kenaikan, seperti daging ayam ras, canang sari, jeruk, dan beras yang mengalami inflasi.
Agus Gede menambahkan bahwa meskipun terjadi deflasi secara keseluruhan, terdapat fenomena berbeda di Denpasar yang menjadi wilayah paling terdampak banjir besar, yaitu mengalami inflasi.
“Sebelumnya semuanya sejalan tapi di September ini Singaraja, Tabanan, Badung secara bulan ke bulan menunjukkan deflasi seperti provinsi, tapi Denpasar mengalami inflasi 0,41 persen,” kata dia.
Menurut BPS Bali, hal ini bukan dipengaruhi oleh kenaikan harga, melainkan tingginya volume konsumsi masyarakat Denpasar pada periode tersebut dibandingkan kabupaten lainnya.