Indonesia dan Uni Eropa Tandatangani Kesepakatan Kerjasama Perdagangan Melalui IEU-CEPA

Penandatangan kesepakatan substantif Indonesia-European
Sumber :
  • Maha Liarosh/VIVA Bali

Badung, VIVA Bali –Indonesia dan Uni Eropa melakukan kerja sama perdagangan melalui penandatangan kesepakatan substantif Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) di Nusa Dua,  Bali, pada Selasa, 23 September 2025. 

Heboh di Medsos, Tarif Foto dan Video di Gunung Payung Bali Tembus Rp 23 Juta

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kerja sama perdagangan Indonesia dan Uni Eropa diyakini bakal meningkatkan nilai ekspor produk Indonesia ke Uni Eropa sebesar 2,5 kali lipat 

Ketua TP PKK Badung Dorong Lansia Manfaatkan Ubi Ungu untuk Kesehatan

 

"Liberalisasi pasar di bawah IEU-CEPA sendiri akan mencakup bidang barang, jasa, dan investasi," kata  Menko Airlangga kepada Bali.viva.co.id saat Joint Press Statement di Nusa Dua, Selasa, 23 September 2025.

54 KK di Bali Minati Program Transmigrasi

 

Terkait dengan barang, kedua pihak telah berkomitmen untuk menghilangkan tarif pada lebih dari 98% jenis tarif dan 99% dari total nilai impor 

 

"Dalam implementasi kesepakatan tersebut, produk Indonesia langsung akan menikmati tarif 0% di 90,40% pasar Uni Eropa dan dengan pengurangan tarif lebih lanjut yang akan menyusul secara bertahap," jelas Airlangga 

 

Dengan pemberlakuan kesepakatan tersebut,  komoditas utama ekspor Indonesia seperti minyak sawit, kopi, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki, dan furnitur diproyeksikan akan mengalami peningkatan. 

 

Selain itu, IEU-CEPA juga akan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk-produk berteknologi tinggi, termasuk ponsel pintar dan peralatan telekomunikasi, sehingga mendorong diversifikasi ekspor dan meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global.

 

Dengan berbagai fitur komprehensif dalam Kesepakatan IEU-CEPA tersebut, ekspor Indonesia ke Uni Eropa diperkirakan akan meningkat signifikan hingga 60% dalam awal implementasi IEU–CEPA.

 

 Pertumbuhan tersebut akan disertai dengan proyeksi peningkatan  pendapatan nasional sebesar USD2,8 miliar, penciptaan lapangan kerja baru, dan kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan secara umum. 

 

"Implementasi IUE-CEPA tersebut juga akan memberikan dampak kepada 5 juta tenaga kerja di Indonesia yang berkaitan dengan sektor padat karya," kata  Menko Airlangga.

 

Menko Airlangga menjelasakan, implementasi IEU-CEPA juga selaras dengan Program Paket Ekonomi Indonesia pada semester ke-2 tahun ini terkait dengan upaya mendorong peningkatan jumlah lapangan kerja. 

 

"Pemerintah Indonesia tidak hanya berupaya memastikan kerja sama perdagangan dan investasi berkontribusi pada pertumbuhan inklusif yang saling menguntungkan, melainkan juga merevitalisasi sektor pariwisata dan industri padat karya, memberikan keringanan fiskal dan administratif bagi UMKM, serta memperkuat  daya beli masyarakat dengan insentif, subsidi, dan langkah-langkah perlindungan sosial," ujar Airlangga.

 

Ke depan, Pemerintah Indonesia akan terus melakukan upaya deregulasi dan reformasi kebijakan sejalan dengan peluang akses pasar yang lebih luas yang muncul dari implementasi IEU–CEPA serta bonus demografi Indonesia. Pendekatan tersebut juga diharapkan akan semakin mendukung peningkatan daya saing nasional.

 

“Dengan penandatanganan dan pengumuman bersama atas kesimpulan substantif negosiasi CEPA, dimulailah era baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Kerja sama ini merupakan kolaborasi antara 723 juta orang dari kedua negara dengan nilai lebih dari USD21 triliun,” pungkas Airlangga. 

 

Sementara itu, Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Komisi Eropa Maros Sefcovic mengatakan, Indonesia dan negata Uni Eropa memiliki perjanjian komprehensif yang juga mencakup standar ketenagakerjaan, lingkungan, serta komitmen bersama pada keberlanjutan. 

 

"Itu semua tercakup rinci dalam perjanjian," kata Maros.

 

Maros menyebut di Uni Eropa terdapat 15.000 UMKM yang melakukan ekspor ke Indonesia, sedangkan jumlah UMKM Indonesia yang mengekspor jauh lebih besar. 

 

"Jadi, ini kerja sama berkelanjutan, dan kami sudah menemukan solusi baik di perjanjian ini," ucap Maros.