Proyek Bawang Putih di Sembalun Diduga Bermasalah, Petani Menjerit
- TNGR/VIVA Bali
Ia pun mempertanyakan kinerja Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Mataram. Menurutnya, lembaga itu semestinya bisa menyaring kualitas bibit, namun faktanya benih rusak tetap lolos verifikasi.
“Bagaimana mungkin bibit cacat dibiarkan beredar?” ujarnya heran.
Masalah makin rumit karena distribusi bantuan terlambat. Musim tanam sudah berakhir, membuat banyak petani memilih menjual bibit. Dari 45 hektare lahan yang direncanakan, hanya sebagian kecil yang benar-benar ditanami.
“Di lapangan, luas yang ditanami tidak sampai dua hektare. Sisanya kosong karena waktu sudah lewat,” jelas Royal.
Ia menilai proyek itu hanya dipaksakan tanpa melihat kondisi riil. Royal mendesak aparat penegak hukum mengusut dugaan kerugian negara dari program tersebut.
“Kalau pola tetap begini, jangan harap swasembada bawang putih berhasil. Gagal total,” tegasnya.
Berbeda dengan proyek pemerintah, program percontohan yang digarap Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (HIMPUNI) justru menuai sukses. Pada panen perdana 11 September 2025, lahan 10 hektare di Sembalun Bumbung menghasilkan 21,6 ton per hektare, melampaui target Kementerian Pertanian.