Inflasi di Bali Naik Hingga 2,94% YoY, Harga Pangan Meningkat

Kebutuhan pangan yang dijual di swalayan.
Sumber :
  • Maha Liarosh/ VIVA Bali

Denpasar, VIVA Bali –Berdasarkan data BPS, perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Juni 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,44% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,47% (mtm). 

Terlibat Laka Beruntun 2 Pemotor Mengalami Luka-Luka

 

Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali mengalami kenaikan menjadi 2,94% (yoy) dari 1,92% (yoy) pada Mei 2025. Meski tetap terjaga dalam rentang target 2,5±1%.

Ketua KPU RI Melantik I Putu Indrabayu Pengganti Sa'rani yang Wafat karena Sakit

 

"Inflasi Bali ke depan perlu tetap mendapat perhatian karena lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional baik bulanan maupun tahunan yang masing-masing tercatat 0,19% (mtm) dan 1,87% (yoy)," jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam siaran persnya yang diterima Bali.viva.co.id pada Kamis, 3 Juli 2025.

Tips Belanja Cerdas di Tengah Inflasi

 

Erwin menjelaskan, Kabupaten Badung mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,53% (mtm) atau inflasi tahunan 2,11% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,48% (mtm) atau inflasi tahunan 3,30% (yoy). 

 

Kota Singaraja mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37% (mtm) atau inflasi tahunan 2,79% (yoy), dan Kabupaten Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,29% (mtm) atau inflasi tahunan 3,38% (yoy). 

 

Secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

 

Berdasarkan komoditasnya, secara bulanan inflasi bulan Juni 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, tomat, sawi hijau, buncis, dan cabai merah. 

 

Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, bawang putih, daging ayam ras, jeruk, dan bensin.

 

"Adapun penurunan harga daging babi dan jeruk seiring dengan normalisasi permintaan pasca HBKN," ungkap Erwin.

 

Dikatakan Erwin, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa pada masuknya peak season kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan biaya pendidikan menjelang masuknya tahun ajaran baru, serta kenaikan harga emas perhiasan seiring tingginya harga global emas. 

 

"Selain itu, ketidakpastian cuaca pada musim kemarau basah juga berpotensi mengganggu produksi hortikultura," jelasnya.

 

Untuk itu, kata Erwin diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut periode peak season kunjungan wisatawan mancanegara seiring periode summer holiday.