Bukan Cuma Malas Baca! Ini 7 Penyebab Nyata Literasi Rendah di Indonesia

Seorang anak Indonesia fokus membaca buku
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/anak-kecil-anak-anak-siswa-murid-12719297/

Lifestyle, VIVA Bali – Literasi rendah di Indonesia masih menjadi masalah serius yang memengaruhi kualitas pendidikan dan masa depan generasi muda. Padahal, Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya, bahasa, dan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

Jangan Takut DOMS! Tanda Tubuhmu Sedang Beradaptasi

Dilansir dari laman resmi Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Buleleng, dalam artikel berjudul “Kurangnya Minat Baca Mahasiswa”, disebutkan bahwa menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari setiap 1.000 orang, hanya satu orang yang rajin membaca. Lebih memprihatinkan lagi, Indonesia berada di urutan kedua terbawah dalam peringkat literasi dunia.

Namun, masalah literasi di Indonesia tidak sesederhana anak malas membaca. Di balik angka-angka tersebut, tersembunyi akar-akar penyebab yang lebih dalam dan sistemik.

Pentingnya Makanan Budaya dalam Pola Makan Sehat

Berikut ini 7 penyebab utama literasi rendah di Indonesia, berdasarkan artikel dari Deepublish berjudul “Penyebab Literasi Rendah di Indonesia”. Beberapa di antaranya sering luput dari perhatian, tetapi memiliki dampak besar bagi masa depan bangsa.

1. Rendahnya Minat Membaca di Era Digital

Anak-anak kini tumbuh di era digital. Sayangnya, media sosial, game online, dan konten visual jadi saingan utama buku. Generasi muda terbiasa dengan informasi cepat tanpa perlu membaca mendalam. Hasilnya, minat baca terus menurun.

2. Akses Buku dan Perpustakaan yang Tidak Merata

Hidup Lebih Bermakna Dengan Gaya Hidup Minimalis Ala Indonesia

Masih banyak daerah terpencil di Indonesia yang belum memiliki perpustakaan aktif atau koleksi buku yang memadai. Kurangnya akses ini menjadi kendala besar dalam menumbuhkan minat baca masyarakat.

3. Kurangnya Peran Keluarga dalam Budaya Membaca

Literasi anak dimulai dari lingkungan rumah. Sayangnya, banyak orang tua belum memahami pentingnya membacakan buku sejak usia dini. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterbatasan ekonomi turut menjadi hambatan terciptanya budaya literasi di rumah.

4. Paparan Berlebihan dari Televisi dan Gawai

Penggunaan gawai sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Namun tanpa pengawasan, anak lebih sering terpapar konten hiburan dibandingkan konten edukatif. Hal ini membuat kebiasaan membaca buku semakin terpinggirkan.

5. Ketimpangan Kualitas Pendidikan

Guru adalah ujung tombak literasi. Sayangnya, di banyak daerah, guru belum mendapatkan pelatihan literasi yang memadai. Pendekatan mengajar cenderung kaku dan tidak membangkitkan rasa ingin tahu.

6. Kurikulum yang Belum Literat

Banyak sekolah lebih mengejar nilai akademik daripada membangun budaya membaca dan menulis. Kurikulum ideal seharusnya mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis melalui literasi.

7. Lingkungan Sosial yang Tidak Mendukung Literasi

Tanpa adanya ruang baca umum, komunitas literasi, dan kegiatan diskusi buku, kebiasaan membaca belum menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia.

Ayo mulai dari diri sendiri dengan membiasakan membaca setiap hari dan aktif mendukung literasi anak-anak di lingkungan sekitar. Kebiasaan kecil ini bisa membawa dampak besar bagi masa depan literasi Indonesia.