Vibe Coding, Masa Depan Para Programmer
- https://www.istockphoto.com/id/foto/seminar-coding-berbicara-gm1483272796-509910891?searchscope=image%2Cfilm
Lifestyle, VIVA Bali – Kecanggihan machine learning mengeksploitasi data membuat kecerdasan buatan (AI) makin pintar merespons bahasa sehari-hari (ordinary-language). AI telah mempelajari gaya seni (artstyle) manusia, dan sekarang ia mempelajari gaya komunikasi sehari-hari manusia.
Hal ini tentu berdampak pada industri pekerja kreatif, tak terkecuali seniman dan illustrator. Kini, bukan hanya seniman dan illustrator yang dirugikan, pengembang perangkat lunak atau software developer juga terkena dampak dari eksploitasi data yang digunakan oleh AI, terkhusus MetaAI dan ChatGPT.
Apa itu Vibe Coding?
Vibe coding atau pemrograman sehari-hari adalah upaya pemrograman menggunakan fitur LLM (large language model) AI. Seorang Vibe Coder tidak mengembangkan suatu perangkat lunak melalui keterampilan maupun pengetahuannya atas modularitas suatu software, melainkan melalui prompts atau perintah AI.
Menurut Joe Kowalski, seorang pembuat konten dan pengembang perangkat lunak, vibe coding memang membantu masyarakat mengembangkan software tanpa latar belakang IT. Masyarakat bisa menyuruh AI menciptakan suatu website, bahkan game dalam waktu hanya 3 menit menggunakan ChatGPT.
Sistem Informasi yang Tidak Aman
Selebihnya, Kowalski dalam laman Tik-Tok pribadi-nya (@saas.elder) mengatakan bahwa vibe coding cenderung menciptakan produk perangkat lunak yang banyak error, susah dipelihara, dan mudah diretas (penuh security holes ). Hal ini disebabkan pengembangan perangkat lunak bukan hanya perkara satu sistem khusus yang dapat menjalankan suatu program, yang seringnya dilakukan oleh AI.