Mandi Jadi Drama? Ini Cara Cerdas Atasi Anak yang Susah Selesai Mandi
- https://www.pexels.com/photo/photo-of-boys-playing-together-2949529/
Lifestyle, VIVA Bali – Tidak sedikit orang tua mengeluhkan anak yang tantrum setiap kali diminta menyelesaikan waktu mandinya. Alih-alih mau segera keluar, anak justru marah atau menangis karena merasa belum selesai bermain air. Psikolog klinis dan keluarga, Pritta Tyas, M.Psi, memberikan panduan jitu mengatasi situasi ini dan semuanya dimulai dari cara berkomunikasi yang tepat.
Pritta menyampaikan bahwa salah satu pemicu anak tidak mau mengakhiri mandi adalah instruksi orang tua yang terlalu umum dan tidak spesifik. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu, 20 Juli 2025, dikutip dari Antara.
“Karena anak kalau cuma dibilang ‘jangan lama-lama ya’, otaknya enggak bisa memahami. Jangan lama-lama itu maksudnya berapa lama? Lima menit? Dua puluh menit?” ungkapnya.
Menurut Pritta, orang tua perlu membuat kesepakatan waktu yang jelas sebelum anak masuk ke kamar mandi. Misalnya, mandi pagi dibatasi selama 10 menit, lalu dilanjutkan dengan memakai baju, sarapan, dan berangkat sekolah. Aturan ini juga bisa disesuaikan dengan rutinitas harian keluarga.
“Intinya, kita melihat dari sudut pandang anak, bukan dari keinginan orang tua yang ingin semuanya serba cepat,” kata psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Dengan adanya kesepakatan, anak merasa dilibatkan dan lebih mudah menerima batasan waktu. Komunikasi menjadi dua arah, bukan sekadar instruksi sepihak.
Pritta menyarankan agar anak diberi peran aktif dalam mengatur waktunya sendiri. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan timer (pengingat waktu) yang bisa diaktifkan oleh anak sendiri.
“Kalau orang tua yang pasang timer, anak merasa kendali ada di tangan orang tua. Tapi kalau anak sendiri yang pasang, dia merasa punya tanggung jawab,” jelasnya.
Dengan cara ini, anak mulai belajar mengelola waktu dan merasa dihargai. Rasa memiliki terhadap aturan juga meningkat, sehingga kemungkinan munculnya tantrum jadi lebih kecil.
Selain batas waktu, orang tua juga bisa memberikan insentif berbentuk aktivitas menarik setelah mandi, seperti bermain bersama, menonton film favorit, atau membaca buku. Namun Pritta mengingatkan agar ini bukan jadi bentuk sogokan, melainkan bagian dari kesepakatan yang dibuat bersama anak dan bersifat konkret.
“Hal menarik itu harus nyata dan anak punya andil dalam membuat kesepakatannya. Jadi bukan cuma ‘ayo cepat mandi nanti main’, tapi ‘kalau kamu selesai mandi 10 menit, kita bisa main dinosaurus selama 15 menit’. Ini bentuk kerja sama yang sehat,” kata Pritta.
Lebih dari sekadar menyelesaikan rutinitas, pendekatan ini juga membantu anak belajar mengatur waktu, memahami batasan, dan mengelola emosi sejak dini. Anak merasa dihargai, didengarkan, dan diajak bekerja sama dalam proses yang menyenangkan.
“Kalau komunikasi dan aturannya tepat, anak enggak perlu dimarahi atau diancam. Dia justru belajar disiplin karena merasa punya kendali,” pungkas Pritta.
Tips Praktis untuk Orang Tua:
- Buat kesepakatan waktu mandi sebelum anak masuk kamar mandi
- Gunakan timer, dan biarkan anak sendiri yang mengaturnya
- Gunakan bahasa konkret, bukan instruksi samar
- Libatkan anak dalam membuat kesepakatan dan aktivitas setelah mandi
- Bangun rutinitas positif tanpa ancaman atau paksaan
Dengan pendekatan yang komunikatif, penuh empati, dan menyenangkan, tantrum setelah mandi bisa dihindari, dan anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri serta disiplin.