Ketika Iklim Berubah, Petani Sayur Merana, Menjelajah Dampak Nyata di Lahan Lokal
- https://www.antarafoto.com Link: https://www.antarafoto.com/id/view/2053617/petani-gagal-panen-dampak-musim-kemarau
Lifestyle, VIVA Bali – Dampak Perubahan Iklim Lokal terhadap Petani Sayur
Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada skala global, tetapi juga terasa sangat nyata di tingkat lokal, khususnya bagi sektor pertanian. Petani sayur, yang sangat bergantung pada kondisi cuaca dan iklim yang stabil, menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terhadap fenomena ini. Pergeseran pola musim, peningkatan intensitas kejadian ekstrem, dan perubahan suhu hulu ke hilir secara langsung memengaruhi produktivitas dan keberlanjutan usaha tani sayur.
Pergeseran Pola Musim dan Curah Hujan
Salah satu dampak paling kentara dari perubahan iklim lokal adalah pergeseran pola musim. Musim kemarau yang semakin panjang dan kering, serta musim hujan yang datang terlambat atau justru disertai curah hujan ekstrem, menjadi tantangan besar bagi petani sayur. Kementerian Pertanian melalui situs resminya seringkali menyoroti bagaimana kondisi ini menyebabkan gagal tanam atau puso akibat kekeringan parah, atau sebaliknya, tanaman membusuk akibat genangan air. Pola tanam tradisional yang selama ini menjadi panduan petani menjadi tidak relevan lagi, memaksa mereka untuk beradaptasi dengan ketidakpastian yang tinggi.
Peningkatan Suhu dan Hama Penyakit
Peningkatan suhu rata-rata lokal juga memberikan dampak signifikan. Tanaman sayur tertentu, seperti kol, wortel, atau brokoli, yang membutuhkan suhu lebih dingin untuk pertumbuhan optimal, akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen di daerah yang suhu lingkungannya meningkat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seringkali mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan suhu muka laut dan suhu udara di beberapa wilayah Indonesia, yang pada gilirannya memengaruhi iklim mikro di daerah pertanian.
Selain itu, suhu yang lebih hangat juga dapat memicu perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman. Hama seperti kutu daun, ulat, dan tungau, serta penyakit seperti jamur dan bakteri, dapat menyebar lebih cepat dan menjadi lebih resisten terhadap pestisida dalam kondisi lingkungan yang berubah. Hal ini berarti petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk pengendalian hama penyakit, atau menghadapi kerugian hasil panen yang lebih besar.