Ibu Baru Bukan Superwoman, Pentingnya Dukungan Mental Usai Melahirkan
- https://www.pexels.com/photo/mother-holding-her-cute-daughter-3995912/
“Komentar seperti ‘bayinya kecil ya’ atau ‘kamu belum kurusan ya?’ bisa berdampak besar pada kondisi mental ibu yang sedang sensitif. Ini bisa memperparah stres dan kecemasan,” jelasnya.
Ia mengajak para pengunjung untuk hadir dengan empati dan memastikan bahwa ibu juga merasa dilihat dan dihargai.
Media sosial sering kali menampilkan sosok ibu baru yang sudah tampil sempurna: tubuh langsing, wajah cerah, rumah rapi, dan bayi tertidur manis. Namun kenyataan tidak selalu seindah itu.
“Fakta di lapangan, tubuh butuh waktu untuk kembali seperti semula. Jangan terpaku pada gambaran ideal yang tak selalu realistis,” kata Nena.
Ia mendorong ibu baru untuk lebih fokus pada proses pemulihan dan koneksi emosional dengan bayinya, bukan pada penampilan atau ekspektasi orang lain.
Melahirkan bukan hanya soal membawa bayi ke dunia, tapi juga tentang transformasi besar dalam kehidupan seorang wanita. Proses ini penuh tantangan, tekanan, dan emosi yang kompleks. Maka, dukungan penuh dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sangat dibutuhkan agar ibu tidak merasa sendiri.
“Ibu yang sehat secara mental akan lebih siap merawat bayinya dengan penuh cinta. Jangan hanya rayakan kelahiran si kecil, rayakan juga keberanian dan perjuangan ibunya,” tutup Nena.