Teror Lintas Batas, Mengintip Film Horor dari Berbagai Penjuru Dunia
- https://electricliterature.com/dinner-on-monster-island-tania-de-rozario-movie-the-ring-sadako-yamamura/
Lifestyle, VIVA Bali – Film horor adalah genre yang universal, mampu menelusuri ketakutan terdalam manusia terlepas dari latar belakang budaya. Namun, apa yang dianggap menakutkan bisa sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, mencerminkan mitos lokal, sejarah, dan nilai-nilai sosial. Mari kita jelajahi bagaimana horor diinterpretasikan dan disajikan di berbagai belahan dunia.
Jepang: Horor Psikologis dan Hantu Berambut Panjang
Jepang dikenal sebagai pionir horor modern dengan pendekatan yang seringkali lebih mengandalkan teror psikologis dan atmosfer yang mencekam daripada gore yang eksplisit. Film-film horor Jepang, sering disebut J-Horror, mendapatkan popularitas global di akhir 1990-an dan awal 2000-an. Ciri khasnya adalah hantu wanita berambut panjang yang seringkali merupakan korban ketidakadilan atau kematian tragis, mencari balas dendam atau menebarkan kutukan. Konsep hantu "yūrei" yang melekat pada lokasi atau objek tertentu, serta ketakutan terhadap teknologi yang menjadi media penyebaran teror, sering menjadi tema sentral.
Contoh klasik seperti Ringu (1998) memperkenalkan Sadako Yamamura, hantu yang keluar dari layar televisi setelah penonton menonton sebuah kaset video terkutuk. Film ini berhasil mengeksploitasi ketakutan akan media dan penyebaran "kutukan" melalui teknologi. Film lain yang patut dicatat adalah Ju-on: The Grudge (2002), yang menciptakan hantu Kayako dan Toshio, roh pendendam yang menghantui rumah tempat mereka dibunuh secara brutal.
Korea Selatan: Thriller Horor dan Komentar Sosial
Horor Korea Selatan, atau K-Horror, seringkali memadukan elemen horor supranatural dengan thriller psikologis, dan tidak jarang menyertakan komentar sosial yang tajam. Film-film ini sering mengeksplorasi trauma sejarah, ketidakadilan, atau tekanan sosial yang ada di masyarakat Korea. Mereka cenderung lebih gelap dan kadang lebih brutal secara visual dibandingkan J-Horror, tetapi tetap mempertahankan fokus pada narasi yang kompleks dan pengembangan karakter.
Salah satu contoh menonjol adalah A Tale of Two Sisters (2003), sebuah film yang menggabungkan elemen horor psikologis, drama keluarga yang tragis, dan twist yang mengejutkan. Film ini menguras emosi penonton dengan misteri dan suasana yang menekan. Sementara itu, Train to Busan (2016) berhasil mempopulerkan subgenre zombie dengan sentuhan Korea, tidak hanya menawarkan aksi yang mendebarkan tetapi juga kritik sosial tentang egoisme dan pengorbanan di tengah kiamat.
Thailand: Horor Religius dan Roh Dendam
Thailand memiliki tradisi horor yang kaya, seringkali terinspirasi oleh kepercayaan Buddhis dan cerita rakyat setempat tentang roh, hantu, dan takhayul. Thai-Horror sering kali menyoroti akibat dari perbuatan buruk di masa lalu (karma), kutukan, atau roh-roh yang terjebak di antara dua dunia. Elemen religius, seperti biksu dan jimat, sering muncul sebagai penangkal atau justru pemicu horor.
Film seperti Shutter (2004) adalah contoh utama horor Thailand yang mendunia. Film ini mengikuti seorang fotografer yang dihantui oleh roh seorang wanita yang muncul dalam foto-fotonya. Shutter memadukan horor supranatural dengan investigasi misteri dan twist yang tak terduga. Film lain seperti Pee Mak (2013) menawarkan pendekatan yang lebih ringan dengan genre komedi-horor, namun tetap berakar pada cerita rakyat populer tentang Mae Nak Phra Khanong, hantu perempuan yang setia pada suaminya.
Amerika Latin: Horor Rakyat dan Teror Politik
Horor dari Amerika Latin seringkali berakar pada cerita rakyat yang kaya, mitos pra-Columbus, serta sejarah politik dan sosial yang bergejolak. Film-film ini dapat mencakup horor supernatural dengan makhluk-makhluk folklorik, atau horor yang lebih realistis yang mengeksplorasi trauma, kekerasan, dan ketidakadilan sosial.
Film Meksiko seperti La Llorona (2019) mengambil inspirasi dari legenda La Llorona yang terkenal, hantu wanita yang menangisi anak-anaknya yang hilang. Film ini tidak hanya menakutkan tetapi juga menyisipkan komentar tentang genosida di Guatemala. Dari Argentina, Terrified (2017) adalah contoh horor urban yang intens dan brutal, berpusat pada penampakan supernatural di sebuah lingkungan. Film ini mendapatkan pujian karena pendekatannya yang tanpa ampun terhadap teror.
Eropa: Horor Gotik, Folk Horor, dan Horor Eksplisit
Eropa adalah rumah bagi beragam subgenre horor. Horor Gotik, dengan istana berhantu, rahasia keluarga, dan kutukan yang turun-temurun, memiliki akar kuat di sastra dan film Eropa, terutama Inggris dan Italia. Di sisi lain, folk horror telah mendapatkan popularitas kembali, mengeksplorasi teror yang berakar pada ritual pagan, kepercayaan pedesaan, dan isolasi komunitas.
Dari Inggris, film-film seperti The Wicker Man (1973) adalah contoh klasik folk horror, di mana seorang detektif yang religius terperangkap di sebuah pulau terpencil dengan komunitas pagan. Horor Italia memiliki reputasi untuk genre giallo, yang merupakan perpaduan antara horor, thriller, dan misteri dengan gaya visual yang khas dan seringkali adegan kekerasan yang stilistik, dipelopori oleh sutradara seperti Dario Argento. Sementara itu, film-film Prancis seperti Martyrs (2008) dikenal karena horor yang sangat ekstrem dan filosofis, seringkali sangat grafis dan menantang.
Kesimpulan
Dari hantu pendendam di Asia hingga monster mitologi di Amerika Latin, dan dari ketakutan psikologis hingga horor gore yang eksplisit di Eropa, film horor di berbagai negara menawarkan cerminan unik dari ketakutan manusia. Perbedaan ini tidak hanya memperkaya genre horor itu sendiri, tetapi juga memberikan wawasan tentang beragam budaya dan psikologi kolektif di seluruh dunia.