Ngaben Virtual? Dilema dan Inovasi Masyarakat Bali Perantauan Melaksanakan Ritual Kewajiban dari Jauh

Api suci Ngaben, jalan roh menuju moksha
Sumber :
  • https://www.marariversafarilodge.com/wp-content/uploads/2018/10/Ngaben-The-Cremation-Ceremony-in-Bali-2.jpg

Gumi Bali, VIVA Bali – Ngaben, atau Pitra Yadnya, merupakan ritual kremasi suci dalam agama Hindu Bali yang bertujuan membebaskan atma (roh) agar dapat bereinkarnasi atau mencapai moksha (pembebasan sempurna). Tradisi ini meniscayakan keterlibatan keluarga baik secara finansial maupun fisik sehingga menimbulkan dilema tersendiri bagi masyarakat Bali perantauan. Dengan semakin meluasnya diaspora Bali ke berbagai kota besar di Indonesia maupun luar negeri, pelaksanaan Ngaben menuntut inovasi agar kewajiban adat tetap terjaga meski jarak memisahkan.

4 Pertunjukkan Kesenian Khas Bali yang Jadi Favorit Wisatawan

 

Makna dan Fungsi Ngaben

 

Mitos, Legenda, dan Tragedi Selat Bali yang Masih Dipercaya

Ngaben bukan sekadar kremasi, melainkan prosesi sakral yang memulihkan keseimbangan antara dunia sekala (terlihat) dan niskala (tak terlihat). Api menjadi unsur utama yang menyucikan badan kasar dan membebaskan badan halus agar kembali menyatu dengan Brahman. Prosesinya mencakup beberapa tahap: purifikasi jasad (mukur), prosesi kremasi (Ngaben), pembuangan abu ke laut atau sungai (Nganyut), dan penuntun atma ke alam berikutnya (Mukur).

 

Dilema Masyarakat Bali Perantauan

Endek Bali, Kain Biasa, Arti Luar Biasa

1. Hambatan Jarak
Warga perantauan seringkali tidak dapat hadir secara fisik dalam prosesi Ngaben karena keterbatasan waktu dan biaya pulang ke kampung halaman. Kondisi ini menimbulkan kecemasan spiritual, karena kehadiran keluarga inti dianggap penting untuk membacakan mantram sekaligus mengikuti ritual inti.

2. Beban Finansial
Biaya Ngaben tradisional dapat mencapai puluhan juta rupiah embed “bade” (menara kremasi), lembu (keranda berbentuk hewan), upacara pendukung, hingga konsumsi tamu membuat banyak keluarga menunda kremasi hingga terkumpul dana atau memilih krematorium dengan biaya lebih terjangkau.

3. Tantangan Hukum Adat
Menurut kajian hukum adat Bali, prosesi Ngaben harus mengikuti tata cara tradisional agar makna filosofis tidak tergerus. Namun di daerah urban, krematorium modern dipandang merusak nilai kebersamaan masyarakat adat.

4. Pandemi COVID-19
Pembatasan sosial pada masa pandemi memaksa pelaksanaan upacara tanpa keramaian. Studi menunjukkan adaptasi ritual termasuk penyiaran langsung upacara telah mulai diterapkan untuk memenuhi protokol kesehatan, namun menimbulkan kekhawatiran atas kesakralan prosesi.

 

Inovasi dan Alternatif Pelaksanaan

1. Ngaben Massal
Dilaksanakan oleh banjar setempat untuk menekan biaya dan memudahkan perencanaan. Upacara massal mempertemukan banyak jenazah dalam satu hari kremasi, sehingga perantau bisa lebih mudah ikut lewat donasi atau perwakilan lokal.

2. Krematorium
Fasilitas krematorium di Bali kian diminati masyarakat urban maupun perantau. Krematorium menawarkan proses yang lebih efisien dan higienis, meski dianggap lebih “dingin” secara emosional.

3. Virtual Reality (VR) & Multimedia
– Bali Temple VR: Proyek ini memungkinkan pengguna perantau “menghadiri” prosesi Ngaben secara virtual dengan narasi 3D dan panduan audio, ideal untuk edukasi dan pelestarian budaya.
– Aplikasi Ngaben Virtual: Platform di BudayaBali.com menyediakan pengalaman imersif 360° upacara Ngaben, yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

4. Live Streaming & Platform Digital
Beberapa keluarga telah mengadakan siaran langsung prosesi melalui Zoom atau YouTube, sehingga perantau dapat menyaksikan dan ikut berdoa meski berjauhan. Metode ini masih dianggap eksperimental dan memerlukan dukungan akses internet stabil.

 

Perspektif Akademik dan Hukum Adat

 

Penelitian I Gede Suwindia & Made Ferry Kurniawan memaparkan dua pola kremasi tradisional dan di crematorium dengan rekomendasi agar inti makna filosofis tetap ditegakkan meski prosedur mengikuti perkembangan zaman. Sementara itu, kajian Annisa Sabilla pada masyarakat perantau menegaskan pentingnya penyertaan wakil keluarga setempat serta dokumentasi prosesi sebagai bukti pelaksanaan sacral.

 

Ngaben Virtual memadukan kewajiban adat dengan inovasi teknologi, menghadirkan opsi pelaksanaan bagi masyarakat Bali perantauan. Meskipun tantangan finansial, jarak, dan hukum adat tetap melekat, solusi seperti massal cremation, krematorium, VR, dan live streaming menunjukkan adaptasi budaya yang dinamis. Ke depan, sinergi antara pemuka adat, pemerintah, dan pelaku teknologi diharapkan dapat melestarikan ritual Pitra Yadnya secara inklusif tanpa mengabaikan makna filosofis dan keseimbangan kosmologis yang menjadi jantung Ngaben.