Warisan Bali dan Lembar-lembar Lontar dalam Gedong Kertya
- https://pedalsepeda.bulelengkab.go.id/public/upload/konten/sejarah-2025-06-26_09:51:14.jpeg
Budaya, VIVA Bali – Perkenalkan, Perpustakaan Gedong Kertya. Tegak di jantung Kota Singaraja, berdiri sebuah lembaga yang menyimpan ribuan naskah tua di atas daun lontar. Tidak banyak daerah di Indonesia, bahkan di dunia, yang punya institusi semacam ini. Sebuah perpustakaan khusus yang berfokus pada pelestarian warisan budaya dalam bentuk manuskrip kuno.
Gedong Kertya bukan hanya ruang sunyi penuh lembaran lontar. Ia adalah penjaga ingatan kolektif masyarakat Bali, mulai dari cerita-cerita klasik, hukum adat, pengobatan tradisional, hingga sastra kuno yang ditulis berabad-abad lalu.
Dari Koleksi Pribadi ke Aset Daerah
Jurnal karya Luh Putu Sri Ariyani yang dipublikasi pada 2017 menegaskan bahwa keberadaan Gedong Kertya tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah. Dari sekadar lembaga arsip sederhana, kini Gedong Kertya dipandang sebagai institusi strategis dalam preservasi budaya Bali. Pemerintah daerah Buleleng ikut serta dalam pengelolaan, menyediakan dukungan sumber daya, serta menyiapkan program digitalisasi untuk menjangkau generasi muda.
Selalu di Antara Tradisi dan Teknologi
Meski statusnya penting, sumber diatas menyatakan bahwa Gedong Kertya menghadapi tantangan nyata. Kondisi fisik lontar yang rapuh, keterbatasan tenaga pustakawan khusus, serta minimnya pemahaman publik tentang pentingnya naskah kuno membuat proses pelestarian berjalan lambat. Penulis jurnal ini menyebut bahwa dukungan regulasi dan pengelolaan profesional mutlak diperlukan agar perpustakaan tidak sekadar menjadi simbol budaya, melainkan benar-benar berfungsi sebagai pusat pengetahuan.
Di sisi lain, perkembangan teknologi justru membawa harapan. Digitalisasi naskah lontar menjadi pintu masuk baru agar manuskrip tidak hanya tersimpan di ruang penyimpanan berdebu, tetapi juga bisa diakses mahasiswa, peneliti, bahkan wisatawan.
Gedong Kertya Sebagai Simbol Identitas
Lebih dari sekadar koleksi, Gedong Kertya adalah identitas Bali. Dalam setiap aksara Bali yang tergores di daun lontar, terkandung nilai-nilai filosofis yang membentuk kehidupan masyarakat. Dari sistem kepercayaan, tata hukum, hingga kesenian, semuanya berpangkal pada teks-teks kuno yang kini dijaga di perpustakaan ini.
Melalui penelitian ini, Ariyani menekankan bahwa peran pemerintah tidak hanya soal penyediaan dana, melainkan juga keberanian membuat kebijakan yang visioner. Tujuannya adalah bagaimana menjadikan Gedong Kertya bukan sekadar ruang pelestarian, tetapi juga ruang hidup bagi kebudayaan Bali di tengah arus modernitas.
Warisan untuk Generasi Mendatang
Gedong Kertya hari ini berada di persimpangan, antara risiko kehilangan jejak budaya atau menjadi contoh inspiratif. Contoh tentang bagaimana perpustakaan bisa menjadi garda depan pelestarian. Keberhasilan menjaga dan menghidupkan kembali lontar berarti memastikan bahwa generasi Bali khususnya, dan Indonesia secara umum tetap memiliki jangkar budaya dalam menghadapi gelombang globalisasi.